TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II RJ Lino mengatakan bahwa rencana Badan Pembangunan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun jalan tol dari Aceh hingga Lampung hanya akan mengurangi pemanfaatan laut sebagai jalur transportasi barang.
“Jalan darat memang perlu, tapi saat ini bukan prioritas.” kata Lino dalam acara Tempo Economic Briefing di Mega Kuningan, Jakarta pada Selasa, 17 November 2015.
Sambil menunjukkan peta Sumatera, Lino menjelaskan jalan darat sebaiknya dibangun pada rute Belawan – Medan – Sibolga di daerah utara, Dumai – Pekanbaru – Padang di daerah tengah, dan Tanjung Api-api - Palembang – Bengkulu di bagian Selatan, bukan secara vertikal dari ujung ke ujung.
“Dengan begitu, barang akan selalu diangkut ke laut. Biayanya lebih murah,” katanya. Lino mengatakan, pembangunan jalan darat yang berlebihan hanya menambah jumlah pengangkutan barang melalui jalan yang menggunakan bahan bakar minyak bersubsidi. “Uang negara tak banyak, lebih baik kita bangun sesuatu yang efeknya besar dengan biaya sedikit.”
Lino juga memaparkan sebuah studi terkait angkutan barang di 2007-2008 dengan sampel wilayah Kalimantan. Hasil studi itu merekomendasikan pembangunan 13 proyek yang menggunakan aliran sungai untuk mengangkut barang. “Tapi karena biayanya dipakai Bina Marga untuk membangun jalan, studi pemanfaatan jalur air tadi disimpan di bawah meja (tak digunakan),” kata Lino.
Lino menjelaskan, biaya logistik bukan disebabkan oleh tingginya tarif angkut dan bongkar-muat barang, melainkan karena biaya simpan barang (inventory) yang tertahan di pelabuhan. Biaya transportasi, kata dia, hanya memakan 45 persen anggaran. ”Jadi ini bukan soal transportasi, melainkan kepastian soal kapan kapal datang, atau berapa lama kapal akan berada di pelabuhan.” kata Lino.
YOHANES PASKALIS
Baca juga:
Prancis Vs ISIS: Inilah 5 Kejadian Baru yang Menegangkan!
Tekan ISIS, Presiden Prancis Kirim Kapal Induk