TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Maurin Sitorus mengatakan dalam satu kawasan perumahan harusnya tidak ada pemisahan antara rumah murah dan mahal. "Tidak ada perbedaan antara rumah murah dan mahal. Masyarakat bisa hidup bersama sama," ujar Maurin, Sabtu, 14 November 2015.
Menurut dia, adanya pemisahan kelas dalam perumahan karena masyarakat menengah ke atas menginginkan adanya privasi di lingkungan tempat tinggalnya. "Harapan pemerintah, kelak fasilitas di lingkungan perumahan kelas atas bisa sama-sama digunakan oleh masyarakat bawah," katanya.
Kementerian PU juga berharap pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah bisa terletak di dekat tempat mereka beraktivitas sehari-hari, seperti pasar. "Dengan adanya tawaran seperti itu untuk masyarakat berpenghasilan rendah, nantinya pameran perumahan bisa didatangi masyarakat berpenghasilan rendah juga," ujar Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian PU Syarif Burhanudin.
Menurut Syarif, pengembang perumahan kini cenderung memberikan harga. "Pengembang juga harus memperbanyak penawaran rumah murah," tutur Syarif.
Sebanyak 150 pengembang perumahan menawarkan aneka jenis properti hunian dan niaga dalam pameran Real Estate Expo 2015. Pameran digelar di Jakarta Convention Center selama sembilan hari pada 14-22 November 2015. Kategori yang ditawarkan antara lain housing, apartemen, kondominium, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), trade center, dan vila.
"Pameran ini tidak eksklusif, tidak perlu dikotomi pameran rumah murah dan mahal," ucap Syarif.
ARIEF HIDAYAT