SWA.CO.ID, Jakarta - Terkait anjuran Menteri Perindustrian Saleh Husin untuk ekspansi ke sektor hulu, produsen ban asal Prancis, Compagnie Financiere Michelin, menjajaki kemungkinan untuk mendirikan pabrik dan perkebunan karet di Indonesia. Michelin menggandeng Barito Pacific dan akan menanamkan investasi sampai 400 juta dolar Amerika atau setara dengan Rp 5,1 triliun. Direncanakan mulai dibangun pada 2016 dan beroperasi pada 2019, kedua perseroan juga ingin mengembangkan perkebunan karet di Jambi dan Kalimantan Barat.
Rencananya, pabrik ban tersebut merupakan patungan Michelin dengan anak usaha Barito Pacific, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Pembelian karet oleh Michelin itu diharapkan turut meningkatkan serapan karet Indonesia ke industri. Sekitar 20 persen produksi karet nasional diserap oleh industri ban, sedangkan di Thailand dan Malaysia sudah mencapai 40 persen dari total produksi masing-masing dua negara itu. Selama ini, sepertiga kebutuhan karet di unit-unit produksi Michelin seluruh dunia berasal dari Indonesia yang diharapkan porsinya makin bertambah. Sebelumnya, Vice President Public Affairs Michelin, Eric Le Corre mengatakan pihaknya menyampaikan optimisme tentang prospek bisnis jangka panjang di Indonesia
Selain serapan karet petani, Kemenperin juga mendorong tiga bidang kerja sama dengan Michelin. Pertama, membantu standardisasi ban agar akses pasar ban keluar negeri makin luas. Kedua, mengembangkan bisnis retreading tyre atau yang lebih dikenal sebagai vulkanisir. Yang ketiga, Michelin membantu pemanfaatan ban bekas. Menurut Harjanto, bisnis vulkanisir ban dikhususkan untuk ban pesawat terbang.
Teknologi dan keahlian Michelin diharapkan dapat membantu pengembangan industri vulkanisir ban pesawat di Indonesia sekaligus mengikis persepsi negatif selama ini. Apalagi industri manufaktur pesawat dan industri transportasi udara terus berkembang. Pemerintah meminta Michelin membantu pemanfaatan ban bekas untuk diolah menjadi unsur pembangunan jalan. Jadi infrastruktur kita menggunakan limbah sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan. Saat ini, terdapat 80 juta kendaraan bermotor roda dua sehingga total ada 160 juta ban. Dengan rata-rata pemakaian selama 1,5–2 tahun maka akan banyak limbah ban bekas yang dapat dimanfaatkan.