TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta agar Badan Urusan Logistik (Bulog) meningkatkan persediaan beras mereka menjadi 10 juta ton. Kepala Staf Kepresidenan Teten Masuki mengatakan permintaan itu didasarkan angka konsumsi beras nasional.
Menurut Teten, konsumsi beras nasional saat ini mencapai 2,5 juta ton sebulan. Di sisi lain, padi baru bisa dipanen sekitar tiga hingga empat bulan. "Nah wajar saja kalau Presiden menganggap stok aman itu empat bulan. Itu 2,5 juta ton kali empat, 10 juta ton," kata Teten di Istana Kepresidenan, Senin, 28 September 2015.
Jumlah itu dinilai aman meskipun ada gangguan gelombang panas dan perubahan iklim. Jokowi, kata Teten, menganggap stok yang dimiliki oleh Bulog saat ini kalau jauh dibandingkan negara lain seperti Cina dan Filipina. Bahkan juga negara lain di Asia.
Agar persediaan terus meningkat, Jokowi memerintahkan Bulog untuk membeli seluruh produksi yang berasal dari petani. Dia tak mau lagi mendengar alasan Bulog tak membeli beras petani karena gudang penuh.
Jokowi hari ini mengundang para pengusaha penggilingan padi serta pedagang beras di Istana Negara. Mereka dimintai masukan mengenai kondisi beras terkini. Dia didampingi oleh Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Pertanian Amran Sulaiman serta Kepala Bulog Djarot Kusumajakti.
Saat ini stok beras Bulog rata-rata berkisar 2 juta ton. Adapun hingga pekan lalu, persediaannya tersisa 1,7 juta ton. Jumlah itu terdiri dari 1,1 beras untuk masyarakat miskin, dan 600 ribu ton komersial. Jumlah itu juga lebih rendah daripada Filipina yang mencapai 2,5 juta ton serta Cina 40 juta ton.
FAIZ NASHRILLAH