TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Djarot S. Wisnubroto bersama dengan Deputy Director General Technical Cooperation (DDG TC) dari International Atomic Energy Agency (IAEA), Dazhu Yang, menandatangani dokumen country program framework (CPF) Indonesia untuk periode 2016-2020.
CPF merupakan kerangka kerja sama Indonesia dengan IAEA yang akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun program dan rencana kegiatan IAEA Technical Cooperation Projects untuk Indonesia, ujar Minister Counsellor KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro, kepada Antara London, Sabtu, 19 September 2015.
Penyusunan CPF mengacu kepada program dan prioritas pembangunan nasional, periode 2016-2020 mengakomodasi elemen sustainable development goals (SDGs). Dalam dokumen CPF ditetapkan tujuh area utama kerja sama yakni pangan dan agrikultur, kesehatan, energi, air dan lingkungan, industri pertambangan bijih timah radioaktif dan keamanan radiasi serta keselamatan dan keamanan nuklir.
Dalam sambutannya, DDG TC IAEA Dazhu Yang menyampaikan penghargaannya atas kontribusi dan partisipasi aktif Indonesia dalam berbagai program kerja sama teknik IAEA. Hasil kegiatan kerja sama dengan Indonesia tidak hanya bermanfaat bagi end-users di Indonesia tapi juga menjadi acuan best-practices bagi negara berkembang lainnya.
Disampaikan TC IAEA dalam berbagai kesempatan meminta Indonesia berbagi pengalaman dan alih teknologi ke negara berkembang lainnya di kawasan Asia dan Afrika.
Sementara itu Kepala BATAN Prof Djarot S. Wisnubroto menyampaikan terima kasih atas kerja sama antara Indonesia dan TC IAEA. Kerja sama tersebut memberikan hasil konkret berdampak positif dalam berbagai bidang pembangunan. Indonesia akan melakukan penguatan kerja sama yang ada, termasuk memberikan bantuan teknik bagi negara berkembang lainnya dalam payung kerja sama selatan-selatan melalui triangular mechanism dengan IAEA.
Kepala BATAN juga menyerahkan dokumen Nuclear Energy System Assessment (NESA), hasil kajian komprehensif program pengembangan energi nuklir, termasuk aspek daur bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kajian NESA dilakukan Indonesia dengan bantuan teknis IAEA melalui program IAEA INPRO, konsorsium kerja sama melibatkan 36 negara anggota IAEA dalam pengembangan dan inovasi teknologi PLTN.
ANTARA