TEMPO.CO, Surabaya - PT Perkebunan Nusantara X merancang investasi sebesar Rp 1,125 triliun pada akhir tahun ini. Perusahaan pelat merah dengan komoditas utama gula itu bakal menambah kapasitas pabrik dan mengembangkan proyek bioetanol.
"Dari Rp 1,125 triliun itu, sebesar Rp 975 miliar berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) dan sisanya Rp 150 miliar dari kas internal," kata Direktur Utama PTPN X Subiyono kepada wartawan di Hotel Mercure Surabaya, Senin 10 Agustus 2015.
Baca Juga:
Subiyono memaparkan, berbagai program dalam investasi itu direncanakan tuntas dalam tiga sampai empat tahun ke depan. "Secara garis besar, investasi dialokasikan untuk tiga tujuan yakni peningkatan kapasitas giling, pembangunan proyek co-generation, dan pengembangan proyek bioetanol," ujarnya.
Peningkatan kapasitas giling dan rendemen diproyeksikannya akan menelan biaya sebesar Rp 250 miliar. Investasi ini, kata Subiyono, dilakukan guna menekan tingkat kehilangan gula (sugar losses) serta memperpendek masa giling tanpa mengurangi produksi gula.
"Peningkatan kapasitas giling itu misalnya PG Tjoekir Jombang dari 4.000 ton tebu per hari (TCD) menjadi 4.800 TCD dan PG Gempolkrep Mojokerto dari 6.500 TCD menjadi 7.200 TCD," katanya. Dengan begitu, pihaknya menargetkan rendemen bisa mencapai di atas 8,5 persen pada 2016 dari 7,32 persen saat ini.
Pembangunan proyek co-generation berupa pembangkit listrik berbasis limbah padat tebu alias ampas tebu. Proyek ini sudah dijalankan secara terbatas di PG Ngadirejo, Kediri. "Nantinya akan dioptimalkan menjadi berkapasitas 50 MW di PG Ngadirejo, PG Tjoekir 10 MW, dan PG Gempolkrep 20 MW. Biayanya sebesar Rp 296 miliar."
Terakhir ialah investasi dalam pengembangan proyek bioetanol. Proyek senilai Rp 579 miliar itu berupa pembangunan satu lagi pabrik bioetanol di kompleks PG Ngadirejo, Kediri. "Kami harap bisa tuntas pada akhir 2017 atau awal 2018," ujar Subiyono.
Pria yang juga ketua umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu menambahkan, selama ini PTPN X menjalankan satu pabrik bioetanol berkapasitas 30.000 kiloliter per tahun yang terintegrasi dengan PG Gempolkrep, Mojokerto. Pemanfaatan produk tebu non gula seperti listrik dan bioetanol, menurutnya, bisa meningkatkan pendapatan petani dengan bagi hasil gula biasanya 66 persen untuk petani dan 34 persen untuk pabrik.
Hingga akhir Juli 2015, produksi gula PTPN X tercatat sebesar 144.145 ton gula, dengan lahan yang dikelola mencapai 82,64 ton tebu per hektare. "Angka ini melampaui target 2015 sebesar 81,6 ton tebu per hektare dan kami optimistis bisa memproduksi 507.000 ton gula dengan rendemen 8,29 persen tahun ini," ujar Subiyono.
ARTIKA RACHMI FARMITA