TEMPO.CO, Jakarta - SPM Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap menyatakan dapat mengatasi gangguan fasilitas bongkar-muat minyak mentah yang berstruktur apung di lepas pantai (single point mooring/SPM) sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap, Jawa Tengah.
"Gangguan fasilitas SPM pada sambungan pipa karet yang diduga akibat ombak besar itu dapat diatasi karena Pertamina segera menurunkan tim penyelam bawah air yang andal, bisa bekerja meskipun dalam kondisi ombak cukup besar," kata Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap Musriyadi di Cilacap, Sabtu, 23 Mei 2015.
Musriyadi menambahkan, operasional kilang Pertamina RU IV Cilacap tetap aman dan tidak terganggu meskipun terjadi gangguan pada fasilitas SPM. Dengan demikian, kegiatan bongkar-muat minyak mentah yang sempat terhenti sementara waktu pun sudah dapat beroperasi kembali seperti biasa.
Terkait dengan ceceran minyak mentah di perairan Cilacap akibat rusaknya fasilitas bongkar-muat tersebut, dia menuturkan hal itu sudah dapat diatasi, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan lingkungan sekitar.
"Ini merupakan wujud kepedulian Pertamina terhadap lingkungan," ucapnya. Pertamina RU IV telah membentuk tim untuk melakukan evaluasi dan kajian terhadap fasilitas yang terpasang saat ini guna menghindari kejadian tersebut terulang lagi pada masa yang akan datang.
Kerusakan tersebut terjadi pada 20 Mei 2015 pukul 22.54 WIB, dan saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar-muat minyak mentah dari sebuah kapal tanker.
Menurut Musriyadi, hal itu karena stok minyak mentah di kilang Pertamina RU IV Cilacap masih mencukupi kebutuhan pengolahan bahan bakar minyak untuk beberapa hari ke depan.
Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.
ANTARA