INFO TEMPO - Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Desember mendatang, persaingan ketat antarbangsa tidak dapat dihindari. Kompetensi masyarakat Indonesia akan diuji dengan datangnya Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Karenanya, sudah saatnya perguruan tinggi maju untuk mendongkrak competitive advantage Indonesia.
"Betapa pentingnya meningkatkan mutu perguruan tinggi, riset, dan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa," ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir saat memimpin upacara Hari Pendidikan Nasional 2015 lalu.
Baca Juga:
Hasil riset yang dilakukan Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen Universitas Indonesia (LPEM-UI) pada Desember 2014 memperlihatkan, perlunya sinergi antara kalangan swasta dengan perguruan tinggi guna meningkatkan kompetensi masyarakat Indonesia. Salah satu contoh kontribusi sektor privat terhadap dunia pendidikan tanah air adalah peran serta Chevron melalui berbagai program pendidikan, antara lain Beasiswa Darmasiswa Chevron Riau (DCR) dan University Partnership Program (UPP). Selama periode 2001-2014, program beasiswa DCR telah mendukung 850 murid SMA berpotensi di Riau untuk melanjutkan pendidikan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Para sarjana penerima DCR ini pun kini telah berkarya, baik di Indonesia maupun mancanegara.
Menurut catatan LPEM-UI, sejak tahun 2006, Chevron di Indonesia telah bermitra dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui pemberian beasiswa pascasarjana, fasilitas belajar jarak jauh, dan program magang. Selain itu, Chevron melalui UPP telah berkontribusi meningkatkan kualitas fasilitas laboratorium, serta menyelenggarakan serangkaian kuliah tamu.
Chevron terlibat dalam mengimplementasikan sejumlah proyek investasi sosial, yaitu pembangunan SDM lokal melalui pelatihan keterampilan dan promosi kewirausahaan. Ada beberapa program pengembangan ekonomi yang digagas Chevron. Salah satunya adalah Vocational Training for Employment and Entrepreneurs (VOTEE), yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi generasi muda, khususnya mereka yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karena berbagai alasan. Mereka dilatih dan dibekali dengan berbagai keterampilan yang sesuai, untuk bisa masuk ke dunia kerja sebagai karyawan atau berwirausaha. Acap kali, proses alih pengetahuan terhambat karena kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas, minimnya fasilitas yang tersedia, serta kurangnya minat dan tekad dari generasi muda itu sendiri.
Baca Juga:
Peran serta dan dukungan pemerintah maupun sektor swasta juga perlu ditingkatkan dalam pemberdayaan anak-anak putus sekolah melalui pelatihan-pelatihan, untuk menyiapkan mental mereka agar siap menghadapi tiap tantangan. "Ada banyak pelatihan yang disusun serta disesuaikan dengan kebutuhan individu tiap peserta. Misalnya, bagaimana meraih kepercayaan diri untuk sukses di dunia pendidikan, kerja, maupun wirausaha. Apalagi kita akan menghadapi MEA," ucap Corporate Communications Manager Chevron Indonesia Dony Indrawan. Menurut dia, sudah semestinya MEA dijadikan momentum perubahan dalam peningkatan kompetensi dan daya saing bagi masyarakat Indonesia.
Inforial