TEMPO.CO, Jakarta - Dubes Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, yakin para investor Jepang mempunyai minat besar terhadap kesempatan investasi dalam surat utang seperti Samurai Bond. Alasannya kesempatan investasi di dalam negeri Jepang dinilai telah mentok.
"Mereka bikin gedung apa? Sudah penuh gedung tinggi semua. Jadi harus investasi di luar negeri," kata Yusron saat ditemui di kantor presiden, Rabu, 8 April 2015.
Seperti diketahui, RI berencana menerbitkan obligasi berdenominasi yen Jepang (Samurai Bond) pada semester ini.
Yusron menambahkan, logika pengusaha jepang adalah logika investasi. Investor Jepang, harus berinvestasi di luar negeri karena rendahnya suku bunga bank di Jepang yakni sebesar 0,01 persen. "Jadi Anda simpan duit 1 juta yen di bank Jepang, bunganya untuk beli satu teh botol enggak bisa."
Yusron menilai dengan kondisi ekonomi jepang seperti ini, adalah peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia. Investor Jepang tertarik menanamkan modalnya di sektor infrastruktur, kelistrikan, dan transportasi.
Menteri Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan pemerintah Indonesia terakhir kali menerbitkan Samurai Bond pada 2012. "Pertimbangannya adalah likuiditas di Jepang serta tingginya kepercayaan diri investor di sana," kata Bambang.
Saat ditanya target perolehan dana dari penerbitan samurai bond ini, Bambang tak menjelaskan secara detail. Namun, menurut Bambang, target yang dicanangkan pemerintah tahun ini lebih tinggi dari perolehan tiga tahun lalu yang mencapai US$ 600 juta.
Bambang mengatakan penerbitan obligasi ini juga bertujuan untuk mengurangi penerbitan surat utang negara dalam bentuk rupiah. "Ini salah satu cara untuk meningkatkan penerbitan dalam mata uang asing."
ALI HIDAYAT