TEMPO.CO, Jakarta - Laju rupiah dan mayoritas mata uang regional berhasil mengalami pembalikan arah setelah indeks dolar kembali bergerak di bawah level 100.
Koreksi tersebut merespons publikasi beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang memburuk, seperti capacity utilization rate yang turun menjadi 78,9 persen dan empire manufacturing yang melemah ke level 6,9.
Hingga pukul 12.00 WIB, rupiah naik 434 poin (0,33 persen) ke level 13.202 per dolar. Adapun won menguat 0,26 persen menjadi 1.128,71 per dolar, dan ringgit terapresiasi 0,23 persen ke level 3,6960 per dolar.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan, di tengah daya tarik dolar yang sedikit berkurang, minat investor akhirnya kembali beralih pada aset-aset yang lebih berisiko. “Selain karena indeks dolar yang turun, koreksi dolar juga dipengaruhi negosiasi kenaikan pagu utang AS,” katanya.
Dari dalam negeri, pergerakan positif rupiah diduga merespons dampak pengumuman paket kebijakan stabilisasi rupiah. Paket kebijakan yang berisi delapan langkah kebijakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan nilai tukar rupiah tersebut membangun harapan terjadinya kestabilan kurs dalam jangka pendek.
Meski demikian, Rangga tak yakin laju positif rupiah bahkan bertahan lama. Pasalnya, suku bunga acuan (BI rate) yang diperkirakan bakal bertahan pada level 7,5 persen serta terus menguatnya spekulasi kenaikan suku bunga AS menjelang pertemuan rutin bank sentral AS (FOMC Meeting) pada 17–18 Maret berpotensi membawa tekanan terhadap rupiah.
PDAT | MEGEL JEKSON