TEMPO.CO, Jakarta - Reli penguatan dolar AS kembali berlanjut menyusul keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) terbaru yang dinilai lebih agresif (hawkish). Meskipun The Fed belum juga memastikan waktu penaikan suku bunga, namun pernyataan sebagian anggota The Fed yang memproyeksikan akan adanya peningkatan The Fed’s Rate sekitar 1,375 persen pada akhir 2015, membuat pelaku pasar optimistis aset-aset bernilai dolar AS bakal mengalami kenaikan harga.
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan keputusan The Fed tersebut berdampak signifikan pada penguatan kurs dolar AS. Permintaan dolar yang dipastikan bakal meningkat tajam di seluruh dunia, termasuk di dalam negeri, menjadi faktor dominan yang kembali melemahkan rupiah. “Meskipun tidak ada yang baru dari keputusan The Fed, selain berlanjutnya program pengurangan stimulus (tapering off) menjadi US$ 15 miliar, investor menilai FOMC meeting berakhir dengan keputusan yang lebih agresif,” ujarnya.
Tak heran, di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang regional. Pada pukul 12.15 WIB, rupiah melemah 67,9 poin (0,57 persen) hingga mencapai level 12.037,5 per dolar AS (baca: Tiga Keuntungan Hedging Menurut Menteri Chatib), sementara won jatuh 0,66 persen menjadi 1.041,15 per dolar AS, dan yen terkoreksi 0,36 persen ke level 108,76.
Meski imbas kuatnya tekanan terhadap rupiah selama sepekan terakhir, pelemahan rupiah diperkirakan tidak akan berlanjut. Dalam jangka pendek, rentang pergerakan rupiah diprediksi hanya berada pada level 11.950-12.100 per dolar AS.
MEGEL
Berita Terpopuler
Nikah Beda Agama, Ini Kata Menteri Agama
Gunung Slamet Meletus Lagi
Jokowi Tak Akan Hapus Kementerian Agama