TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 25 persen karyawan maskapai penerbangan Malaysia Airlines akan kehilangan pekerjaannya. Menurut media setempat, maskapai tersebut akan merestrukturisasi dan mengurangi karyawannya yang saat ini berjumlah sekitar 20 ribu orang. (Baca: Pemerintah Malaysia Kuasai Saham Malaysia Airlines)
Menurut laporan Wall Street Journal, masalah yang dihadapi maskapai tersebut akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja hampir seperempat jumlah karyawannya. Sementara Reuters menyebut rencana restrukturisasi perusahaan akan membuat 5.000 hingga 6.000 karyawan Malaysia Airlines kehilangan pekerjaannya. (Baca: MH17 Jatuh, Warga Belanda Usir Anak Perempuan Putin)
"Rencana restrukturisasi juga termasuk pengurangan beberapa rute penerbangan dan penggantian CEO baru perusahaan," seperti yang ditulis oleh Channel News Asia, Selasa, 26 Agustus 2014. (Baca: Kru MH40 Dituduh Lecehkan Wanita Australia)
Pengelola dana investasi negara Malaysia, Khazanah National Bhd, yang juga pemegang saham mayoritas Malaysia Airlines, diperkirakan akan mengumumkan penggantian CEO dan beberapa perombakan dalam perusahaan pada 28 Agustus mendatang.
Di tengah persaingan bisnis penerbangan yang ketat, perusahaan telah merugi US$ 1,3 miliar dalam tiga tahun terakhir. Tragedi yang menimpa maskapai tersebut pada kasus MH17 dan MH370 telah memukul pendapatan perusahaan. (Baca: Perusahaan Belanda Menang Tender Cari MH370)
Media setempat melaporkan pengeluaran maskapai tersebut mencapai US$ 2 juta per hari.
CHANNEL NEWS ASIA | ROSALINA
Berita Terpopuler