TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan bahwa pemerintah mendorong transaksi non-tunai karena sistem itu membuat transaksi lebih akuntabel, transparan, aman, dan nyaman. Sebaliknya, transaksi tunai akan mengundang korupsi dan penipuan.
"Transaksi non-tunai juga dapat meningkatkan jumlah tabungan untuk membiayai perekonomian Indonesia," kata Agus di Mangga Dua Mall, Kamis, 14 Agustus 2014.
Baca Juga:
Saat ini, kata Agus, uang tunai yang beredar di seluruh Indonesia mencapai Rp 440 triliun dan bakal meningkat sampai Rp 550 triliun mendekati akhir tahun. Di Indonesia, transaksi non-tunai baru sekitar 31 persen dari total Rp 7.500 triliun. "Padahal, di negara ASEAN lain sudah di atas 50 persen," kata dia. (Baca: Cegah Korupsi, Transaksi Perbankan Harus Dibatasi)
Pada kesempatan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan tingginya transaksi non-tunai adalah salah satu syarat Indonesia menjadi negara maju. Untuk itu, akses pada lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank, harus ditingkatkan. "Saat ini yang bisa mengakses lembaga keuangan baru 20 persen," kata dia.
Untuk menggalakkan gerakan transaksi non-tunai, Agus hari ini menandatangani nota kesepahaman Gerakan Nasional Non-Tunai bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Baca: Apa Beda e-Ticket Transjakarta dengan KRL)
TRI ARTINING PUTRI
Mau Ganti Dirut PLN, Dahlan Iskan Ditentang Wapres
Berumur 30 Tahun, Penumpang Pesawat Dapat Hadiah
Menkeu: Subsidi BBM Turun, Defisit APBN 2015 Terpangkas
Dahlan Iskan Bantah Akan Copot Nur Pamudji
Philip Morris Akan Gugat Inggris