TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian berharap PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bisa go public dalam waktu dekat. Dengan demikian, Inalum bisa mendapatkan dana untuk investasi pengembangan usaha yang sedang direncanakan setelah menjadi badan usaha milik negara (BUMN).
"Saya berharap dua tahun ke depan PT Inalum sudah bisa go public," ujar Menteri Perindustrian M.S. Hidayat kepada wartawan di Jakarta. Menurut dia, waktu dua tahun itu dianggap cukup bagi Inalum untuk mempersiapkan diri menjadi sebuah perusahaan yang go public.
Setelah menjadi BUMN, Inalum menargetkan peningkatan produksi. Saat ini produksi Inalum hanya sekitar 260 ribu ton aluminium per tahun. Sedangkan, ke depan, mereka menargetkan produksi Inalum bisa meningkat menjadi sekitar 500 ribu ton per tahun pada 2019.
Direktur Utama Inalum Winardi mengatakan investasi untuk peningkatan kapasitas produksi itu membutuhkan dana sekitar US$ 1,9 miliar. Dana itu akan digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik, smelter, dan pelabuhan.
Namun, hingga kini, Inalum menyatakan masih mengkaji kemungkinan pembiayaan untuk kepentingan investasi peningkatan kapasitas produksi mereka itu. Perusahaan masih mempertimbangkan mana yang terbaik dari alternatif pembiayaan yang ada. Apakah dari pinjaman bank, initial public offering (IPO), atau dari bond. "Yang jelas, dari kas internal kami menargetkan bisa sumbang 35 persen. Sedangkan sisanya akan kita carikan dari luar," ujar Winardi.
Untuk kepentingan peningkatan kapasitas produksi itu, sebagai tahap awal,rencananya Inalum akan membangun pembangkit listrik terlebih dahulu baru, kemudian membangun smelter dan pelabuhan. "Pembangunan pembangkit listrik menjadi prioritas karena lebih sulit jika dibandingkan dengan pembangunan smelter atau perluasan pelabuhan," kata Winardi.
AMIR TEJO