TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengaku kewalahan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa dan Sumatera. Pasalnya, dua jalur tersebut sudah menjadi tumpuan banyak pihak, seperti pengusaha, sopir, serta kernet angkutan penumpang dan logistik, juga warung-warung yang menjadi tempat singgahnya.
“Jalur Pantura mulai Jawa sampai Sumatera Utara sudah menjadi subsistem sendiri,” ujar Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan, Rabu, 21 Mei 2014. Krena itu, pemerintah berupaya mengurangi kepadatan lalu lintas secara cara bertahap. (Baca: Mudik, Kendaraan di Pantura Naik 10 Kali Lipat)
Saat ini pemerintah sudah membangun jalur kereta ganda di Pantura yang rencananya Juni nanti sudah mulai beroperasi. Selain itu, pemerintah juga berencana membangun jalur kereta ganda untuk jalur selatan. "Mungkin mulai tahun depan pembangunannya sudah akan dimulai.”
Mangindaan pun berharap migrasi dari moda transportasi truk ke kereta ataupun jalur laut bisa berjalan. "Sekalian kita merevitalisasi infrastruktur kereta dan pelabuhannya," ujarnya. (Baca: PU: Separuh Jalur Pantura Sudah Diperbaiki)
Sulitnya migrasi angkutan logistik dari darat ke laut diakui oleh pengusaha kapal. Wakil Ketua Indonesia National Shipowners Association Asmoro Herry mengatakan biaya logistik melalui jalur laut masih dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan menggunakan truk. "Di logistik laut, ada batasan minimal yang harus dipenuhi. Ini berbeda dengan truk yang berapa pun bisa diangkut.”
Mahalnya biaya logistik laut ini ditambah lagi dengan biaya pengurusan di pelabuhan. "Harus ada kebijakan khusus dari pemerintah jika, misalnya, pemerintah ingin mengurangi kepadatan Pantura," ujar Asmoro.
Adapun Ketua Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafimengungkapkan, dari sisi pengusaha logistik, pilihan untuk menggunakan kereta sebagai sarana transportasi juga belum efisien. Sebab, biaya kereta sekarang masih lebih tinggi 13 persen dibanding angkutan truk.
AMIR TEJO
Berita terpopuler:
Mahfud Dijanjikan Jabatan Lebih dari Menteri
Jokowi atau Prabowo, Ahok: Aku Rapopo
Peraih Nilai UN Tertinggi Hanya Belajar di Rumah