TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan tahun pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah, kemungkinan mundur dari target 2016 menjadi 2018.
Menurut Hatta, molornya proyek tersebut disebabkan oleh belum selesainya pembebasan lahan. "Ada 29 hektare yang belum dibebaskan," katanya seusai rapat koordinasi di kantornya, Jumat, 25 April 2014.
Karena itu, Hatta akan mendesak penanggung jawab proyek untuk menuntaskan persoalan pembebasan lahan. Sebab, kata dia, pembangkit listrik berkapasitas 2 x 1.000 megawatt berteknologi supercritical ini harus segera rampung agar tidak menyebabkan krisis pasokan listrik di Jawa. (Baca : Pembangunan PLTU Batang Dimulai Oktober).
Dengan kapasitas tersebut, PLTU Batang mampu memasok 30 persen kebutuhan listrik di Jawa. "Jika tidak rampung, 2017-2018 akan terjadi defisit listrik di Jawa," ujar Hatta.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji berjanji akan menyelesaikan masalah yang menghambat pembangunan PLTU Batang. Dia mengatakan pembebasan lahan akan segera ditangani. "Saya tidak bisa menjawab kapan target rampung, pokoknya masalah lahan harus segera selesai," katanya.
Pembangunan PLTU Batang sebelumnya ditargetkan akan dimulai pada Oktober 2013. Nilai investasi untuk proyek ini mencapai Rp 30 triliun. Namun dengan adanya hambatan lahan, financial closing proyek ini ada kemungkinan selesai pada Oktober 2014. Selain itu, pembangkit berbahan bakar batu bara ini sempat menuai protes warga yang khawatir akan pencemaran lingkungan.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita Terpopuler
Ketua Umum Gerindra Dikalahkan Anak Jenderal Djoko
Akuisisi Batal, Dahlan: Saya Seolah Menteri Ngawur
Ahok: Kita Beragama tapi Tak Bertuhan
Ditanya Anak SD, Ini Impian Ahok Jadi Wagub