TEMPO.CO, Bangkalan - Perusahan gula nasional PT Perkebunan Negara X ingin menjadikan gula sebagai ikon pulau madura selain garam. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan terus memperluas lahan tanaman tebu di empat kabupaten di Madura. "Madura harus dikenal juga sebagai pulau gula," kata Manajer Tanaman Tebu PTPN X Wilayah Madura, Agus Min Handoko, saat bertemu petani tebu di Kampung Pajeten, Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jumat, 20 Desember 2013.
Menurut Agus, selama tiga tahun beroparasi di Madura, luas lahan tebu terus meningkat. Saat ini luas lahan tebu mencapai 1.400 hektare dari semula 875 hektare yang tersebar di empat kabupaten di Madura. "Tahun ini kami tambah sekitar 500 hektare, mulai dari Sumenep sampai Bangkalan," ujarnya.
Terus bertambahnya luasan lahan tebu, kata dia, menunjukkan animo masyarakat Madura untuk menanam tebu sangat tinggi. Secara bisnis, kata Agus, menanam tebu sangat menguntungkan dan lebih mudah dibanding komoditas perkebunan lainnya. "Kalau jenis tanaman lain, sekali investasi untuk satu musim, sedangkan tebu sekali investasi bisa untuk empat sampai lima musim," katanya.
Soal harga jual tebu, Agus Min Handoko menjamin tidak akan merugikan petani tebu. Pemerintah, kata dia, sudah melindungi harga tebu dengan Undang-Undang Nomor 527 tentang Perlindungan Hukum Komoditas Gula dan Undang-Undang Nomor 528 tentang Stabilitas Harga Gula.
Lewat peraturan tersebut, kata Agus, harga talangan gula berkisar antara Rp 8.100 sampai Rp 9.000 per kilogramnya. Sedangkan untuk harga jual tebu per kwintalnya Rp 36 ribu. "Harga ini masih terpengaruh juga fluktuasi harga gula dipasaran," ujar Agus.
Agus menambahkan, produksi tebu di Madura saat ini belum sesuai yang ditargetkan karena per hektarnya baru sekitar 400 hingga 500 kwintal. "Idealnya per hektar antara 750 hingga 1000 kwintal, tapi ini masih dimaklumi karena petani masih belajar," katanya.
Sementara itu, Makruf, petani tebu di Desa Keleyan, mengeluhkan lambannya proses pembelian tebu yang sudah dipanen. Kondisi itu, kata dia, membuat petani resah karena khawatir tebu menjadi rusak. "Kadang baru sepekan kemudian tebu dibeli setelah dipanen," kata dia.
MUSTHOFA BISRI
Berita lain:
Acara TV Terburuk 2013 Versi Twitter
Kisah Pemakan Orang Utan yang Mendunia
Syahrini dan Parkir Lamborghini
Main Golf, Bos PT BKI Dicopot Dahlan Iskan
Muhammadiyah dan NU Tolak MUI Fatwakan Sesat Syiah