TEMPO.CO, Sumenep - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mencatat sekitar 4.000 hektare tanaman tembakau petani di berbagai kecamatan gagal panen. Anomali cuaca yang terjadi pada musim ini membuat tanaman tembakau petani tidak tumbuh normal alias kerdil.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan, Nasah Bandi, mengatakan anomali cuaca telah membuat produksi tembakau di Sumenep tidak mencapai target yang dipatok sebesar 10-11 ribu ton per hektare. "Kami prediksi hanya terealisasi sekitar 40 persen," katanya, Jumat, 6 September 2013.
Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sumenep menunjukkan, total lahan pertanian yang diproyeksikan ditanami tembakau tahun ini sebanyak 19 ribu hektare lebih. Namun, anomali cuaca membuat masyarakat malas menanam tembakau. Jadi, dari 19 ribu hektare itu, hanya 9.000 hektare yang ditanami tembakau. "Yang 4.000 hektare malah gagal panen," kata Nasah.
Menurut Nasah Bandi, saat ini sejumlah petani mulai memanen tembakau, namun belum merata. Dari laporan yang didapat, harga tembakau pada petani lumayan tinggi, yakni berkisar Rp 27-40 ribu per kilogram. Harga ini, kata dia, terbilang bagus dan masih menguntungkan petani. "Sejauh ini belum ada pabrikan yang membuka jual-beli tembakau," ujarnya.
Namun Ahmat, petani tembakau di Desa Ganding, Kecamatan Ganding, mengatakan harga tembakau saat ini sangat murah. Untuk tembakau jenis solang, kata dia, hanya dihargai Rp 7.000 per kilogram. "Kalau petani mau untung, harga solang mestinya Rp 9.000 sampai 10.000 per kilogram," katanya. Soal harga tembakau bukan solang, Ahmat belum mengetahui karena belum ada petani yang panen di desanya.
MUSTHOFA BISRI
Berita Terpopuler Lainnya: