TEMPO.CO, Jakarta - Mencuatnya kembali kecemasan dari zona Eropa terkait dengan Siprus yang akan melakukan pemungutan progresif terhadap dana nasabah tidak banyak mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Alhasil, di transaksi pasar uang hari ini, Selasa, 19 Maret 2012, rupiah kembali hanya melemah tipis 2 poin (0,02 persen) ke level 9.713 per dolar Amerika Serikat.
Pengamat pasar uang dari PT Harvest International Futures, Tonny Mariano, menjelaskan, pergerakan rupiah saat ini justru banyak dipengaruhi oleh faktor domestik. “Kekhawatiran melonjaknya inflasi justru menjadi ganjalan bagi mata uang lokal,” tuturnya.
Naiknya harga bawang merah, bawang putih, dan daging sapi beberapa waktu lalu akan menyokong kenaikan inflasi bulan ini. Kebijakan pemerintah untuk membuka keran impor bawang diharapkan akan dapat meredam lonjakan harga, walaupun efeknya baru bisa dirasakan bulan depan. “Inflasi akibat kenaikan bahan pangan ini sifanya hanya temporer,” ucapnya.
Selain inflasi, pergerakan rupiah akan tetap dipengaruhi oleh defisit neraca perdagangan. Meningkatnya permintaan impor di tengah melambatnya kinerja ekspor akan tetap menjadi sorotan bagi para pelaku pasar.
Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk meredam fluktuasi mata uang sebenarnya menguntungkan bagi rupiah sehingga rupiah sempat menguat hingga di bawah 9.700 per dolar Amerika. Namun, adanya ketidakpastian baru di Eropa terkait dengan rencana pemerintah Siprus untuk mengenakan pajak tambahan terhadap simpanan masyarakat yang menjadi syarat untuk mendapatkan pinjaman 10 miliar euro (Rp 125 triliun) agak membebani apresiasi rupiah.
Bila pemerintah berani mengambil langkah pengurangan anggaran subsidi bahan bakar minyak dan dialihkan ke sektor yang dapat memberi nilai lebih bagi kesejahteraan masyarakat atau mendorong perekonomian, pasar akan merespons positif dan rupiah dengan sendirinya akan menguat.
Bank Dunia sah-sah saja merevisi pertumbuhan domestik menjadi 6,2 persen dari perkiraan sebelumnya 6,3 persen. “Namun, jika aktivitas pabrik Cina akan bangkit di paruh kedua tahun ini, seiring membaiknya pertumbuhan global dan memicu permintaan komoditas Indonesia, ekonomi Indonesia bisa saja tumbuh 6,7 persen,” ujarnya.
Mata uang regional sore ini ditutup beragam. Dolar Singapura melemah 0,05 persen, peso Filipina terdepresiasi 0,11 persen, dolar Taiwan juga turun 0,06 persen. Sementara bath Thailand berhasil menguat 0,61 persen, ringgit Malaysia terapresiasi 0,23 persen, serta won Korea juga menguat 0, 31 persen.
Yen melemah 0,18 persen menjadi 95,38 per dolar AS, euro terkikis 0,19 persen menjadi US$ 1,2932, serta poundsterling susut 0,15 persen ke US$ 1,5084. Sehingga indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia menguat 0,16 persen ke level 82,99.
VIVA B. K
Berita Terpopuler:
Di KPK, Djoko Susilo Mulai Singgung 'Restu Atasan'
FBR Buka Suara Soal Penyerangan Kantor Tempo
Jupe Tertangkap di Cibubur
Tak Punya Jago, PDIP Turunkan Puan ke Jawa Timur
Kisah Jenderal Djoko dan Kebun Binatang
Penyerang Kantor Tempo Menangis dan Minta Maaf