Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BI Akan Serap Likuiditas untuk Redam Inflasi

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menyatakan, bank sentral akan melakukan langkah-langkah penyerapan likuiditas dalam jumlah cukup besar di pasar untuk mengerem laju inflasi.Meski begitu, Burhanuddin menambahkan, tidak selalu berarti bank sentral akan menaikkan suku bunga. "Bisa dengan cara-cara lain," ujarnya kepada Tempo News Room di Jakarta kemarin.Misalnya, ia mencontohkan, "Beberapa waktu lalu kami mengubah (ketentuan) giro wajib minimum (yang harus dipenuhi perbankan)." Dari kebijakan baru itu, jumlah uang beredar yang bisa diserap BI dari perbankan mencapai Rp 18 triliun.Menurut Burhanuddin, langkah pengetatan likuiditas dipandang perlu untuk mengerem laju kenaikan harga-harga secara umum (inflasi). Namun, ia kembali menegaskan, kalaupun ada kenaikan suku bunga, BI akan melakukannya secara bertahap.Sinyal pengetatan likuiditas sebelumnya telah diungkapkan Burhanuddin sehari setelah Badan Pusat Statistik mengumumkan angka inflasi pada 2 Agustus lalu. Menurut laporan BPS, inflasi periode Januari-Juli telah mencapai 3,69 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2003. Laju inflasi Juli 2004 terhadap Juli 2003 (year on year) bahkan mencapai 7,2 persen.Tingginya tingkat inflasi itu menimbulkan kekhawatiran berbagai kalangan bahwa pemerintah kemungkinan besar akan sulit mencapai target inflasi hingga akhir tahun ini yang dipatok 6,5 persen.Menyikapi keadaan itu, BI langsung memperketat likuiditas dengan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia untuk jangka waktu satu bulan menjadi 7,37 persen dari sebelumnya 7,36 persen. "Kecenderungan kebijakan kami di masa depan adalah memperketat likuiditas," ujar Burhanuddin saat itu. "Kami tahu, inflasi year on year sebesar 7,2 persen merupakan serangan yang cukup kuat."Di sisi lain, Burhanuddin menyatakan, bank sentral akan terus mengawal rupiah guna mengantisipasi memanasnya suhu politik menjelang digelarnya pemilihan presiden tahan kedua, 20 September. "Fluktuasi (kurs rupiah) yang sangat besar akan mengganggu dunia usaha," katanya. "Karena itu, kami akan selalu standby (siaga) di pasar."Terkait dengan itu, menurut dia, BI akan berkoordinasi dengan pemerintah, badan usaha milik negara, maupun kalangan swasta untuk mengetahui besarnya kebutuhan mata uang dolar untuk kepentingan impor dan pembayaran utang.Kepala Fixed Income Mandiri Securities Kahlil Rowter mengatakan, rencana penyerapan likuiditas oleh BI merupakan langkah tepat. "Kebijakan ini sudah umum dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia untuk menekan laju inflasi," ujarnya. Apalagi, "Inflasi (Juli 2003-2004) sudah di atas target, sehingga penyerapan likuiditas otomatis harus dilakukan."Namun, Kahlil menjelaskan, tingginya inflasi saat ini lebih disebabkan oleh faktor melemahnya nilai tukar rupiah. "Jadi, kalau pemerintah mau menstabilkan inflasi, harus menstabilkan nilai tukar rupiah," ujarnya.Erwin Dariyanto - Tempo News Room
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

20 jam lalu

Seorang pengrajin membuat tenun dalam rangkaian acara Festival Rimpu Mantika di Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 27 April 2024 (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.


Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.


BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI dan Alipay. foto/bri.co.id dan global.alipay.com
BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.


Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.


Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Ilustrasi Kredit Perbankan. shutterstock.com
Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.


BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

Logo atau ilustrasi Bank Indonesia. TEMPO/Panca Syurkani
BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).


BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.


BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

Surat Utang Negara adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh pemerintah. Berikut ulasannya. Foto: Canva
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.