TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan asuransi umum khusus bencana alam, PT Asuransi Maipark Indonesia berancang-ancang melepas statusnya menjadi perusahaan reasuransi.
"Kami dalam proses untuk mejadi reasuransi, tapi keputusan pemegang saham itu baru akan direalisasi akhir tahun ini," kata Presiden Direktur Maipark, Frans Sahusilawane, usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat membahas RUU Asuransi di DPR, Rabu, 16 Januari 2013.
Frans menjelaskan, panjangnya proses peralihan disebabkan dua hal. Pertama, karena pihaknya harus melepas izin usaha asuransi dan mengurus izin usaha reasuransi. Kedua, ekuitas reasuransi minimal Rp 200 miliar sementara ekuitas Maipark baru sekitar Rp 150 miliar - Rp 160 miliar.
Menurut dia, pemegang saham Maipark bisa saja menyuntikkan modal untuk memenuhi ketentuan tersebut, namun kemudian disepakati untuk mencapainya melalui pertumbuhan organik. "Diharapkan akan bersumber ekuitas dari laba ditahan," ucapnya. Dengan cara ini, kepemilikan bersama saham Maipark bisa dipertahankan dan tak perlu ada kepemilikan dominan.
Maipark merupakan perusahaan asuransi yang dimiliki bersama oleh seluruh perusahaan umum dan reasuransi di dalam negeri. Mengacu pada website resmi Maipark, ada 92 pemegang saham dengan kepemilikan minimal 0,5 persen. Saat ini, kata Frans, pemegang saham terbesar yakni PT Panin Insurance sebesar 18 persen dan Tugu Pratama Indonesia sebesar 11 persen.
Sejauh ini, Frans menyampaikan Maipark tercatat terus tumbuh. Premi diproyeksi mencapai Rp 147 miliar pada 2012, pertumbuhannya secara tahunan diperkirakan sekitar 20 persen. Tahun ini, ekspektasinya jauh lebih tinggi, premi diharapkan bisa tumbuh 43 persen.
Pertumbuhan premi ini disebut-sebut terjadi karena harga reasuransi bencana di internasional tinggi. Hal ini terjadi karena tingginya klaim asuransi bencana reasuransi internasional pasca bencana di Queensland, Jepang dan Thailand. Alhasil, perusahaan lokal ada yang memilih mengambil back up asuransi Maipark. "Sekarang asuransi Indonesia beli ke mereka bayar mahal, dia cari yang lebih murah. Maipark punya harga naiknya tidak segitu, kan dia datang ke saya," ucapnya.
Adapun pada 2012, klaim asuransi Maipark hampir nol. Padahal setiap tahun, perusahaan menganggarkan Rp 6 miliar - Rp 10 miliar. Ini memberi dorongan pada pertumbuhan laba. Pada 2012, laba diproyeksi sekitar Rp 30 miliar - Rp 32 miliar. Tahun ini, Frans menjelaskan pihaknya menganggarkan klaim Rp 10 miliar.
MARTHA THERTINA