TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance, Aviliani, menyambut positif kemenangan Barack Obama. Sebab, ia menilai kandidat lawan dari Partai Republik, Mitt Romney, cenderung kapitalis.
"Romney cenderung tidak akur dengan negara-negara Timur Tengah. Padahal Timur Tengah memberi efek pada dunia, terutama soal harga minyak. Obama menang, harga minyak bisa tidak bergejolak," kata Aviliani di Hotel Grand sahid, Jakarta, Rabu 7 November 2012.
Aviliani juga menganggap Obama, yang berasal dari Partai Demokrat, pro-rakyat. "Kemenangan Obama bagus, ya, karena dia pro-rakyat sehingga tidak menimbulkan efek-efek pada dunia internasional," kata dia.
Menurut Aviliani, dengan terpilihnya Obama sebagai Presiden Amerika Serikat periode 2013-2017, keadaan ekonomi internasional--terutama Indonesia--relatif aman. "Amerika dipimpin Obama relatif tidak menimbulkan banyak gejolak perekonomian," ujarnya. Avilian menilai kebijakan Obama nantinya juga banyak diikuti negara-negara lain. "Termasuk Indonesia," ujarnya.
Hasil hitung cepat yang dipantau stasiun berita CNN menunjukkan bahwa Obama memimpin dengan 274 suara dari hasil electoral vote. Terpaut jauh di belakangnya calon dari Partai Republik, Mitt Romney, dengan 201 suara.
Jika hasil perhitungan ini benar dan sesuai dengan penghitungan manual, Obama akan memimpin Amerika untuk kedua kali. Ia berhasil mengalahkan mantan Gubernur Massachusetts, yang berniat menjadi penguasa baru Gedung Putih.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler:
Dahlan Belum Lapor, KPK Sudah Tahu
Tak Bayar Gaji, Dirut Metro TV Dilaporkan ke Polda
IS, Terduga Peminta Upeti BUMN Terbaru
Anggota DPR Mengaku Bukan Nabi, Juga Bukan Napi
Tentara Pemberontak Suriah Ternyata Banci Kamera