TEMPO.CO , Jakarta: Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Aviliani, mengatakan pada Ramadan hingga menjelang Idul Fitri, tidak akan terjadi inflasi. "Kalaupun terjadi, tidak signifikan dan waktunya sebentar,” katanya kepada Tempo.
Aviliani menjelaskan, tidak terjadinya inflasi lantaran harga bahan kebutuhan pokok stabil karena adanya perbedaan pola konsumsi masyarakat tahun ini dengan tahun lalu.
Apalagi, Ramadan tahun ini berdekatan dengan waktu penerimaan siswa baru di sekolah ataupun universitas. Akibatnya, masyarakat mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk pendidikan dan memilih berhemat saat Ramadan.
Ia juga mengatakan, untuk meredam kemungkinan lonjakan harga yang bisa mengerek inflasi, pemerintah harus berupaya menstabilkan harga. "Operasi pasar, menurut saya, tidak efektif karena sifatnya hanya meninjau," kata Aviliani.
Lebih baik pemerintah memberi pengumuman agar ada kesamaan harga di antara para penjual. "Kalau pemerintah melakukan sosialisasi harga, maka lonjakan harga dapat ditekan," kata Aviliani.
Kementerian Keuangan memprediksi inflasi pada Juli dan Agustus masih dalam batas wajar. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang, Brodjonegoro, menyatakan inflasi pada Juli diperkirakan hanya sebesar 0,7 persen.
"Inflasi Juli diperkirakan 0,5-0,7 persen. Masih wajar. Penyumbang terbesar dari sektor pangan," kata pada kesempatan terpisah.
Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menimpali, dalam kurun 5 tahun, angka inflasi pada periode Ramadan dan Lebaran cenderung stabil.
"Angkanya di kisaran 0,6–0,7 persen," kata dia. Menurut Luky, karena Ramadan tahun ini dimulai pada pertengahan bulan, ada kemungkinan inflasi akan terjadi dua kali.
"Juli dan Agustus akan tinggi. Tapi, sekali lagi, angkanya saya kira masih wajar," ujar dia. Luky menyatakan komoditas pangan, terutama ayam dan telur, merupakan penyumbang inflasi terbesar pada Ramadan tahun ini.
"Saya tidak mengerti apakah ini ada persoalan di suplai atau bagaimana. Tahun kemarin cabai yang tinggi," katanya.
Untuk menekan laju inflasi, kata Luky, pemerintah akan melakukan tindakan dengan melakukan intervensi pasar. Biasanya intervensi dilakukan dalam bentuk operasi pasar, yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.
Menurut Luky, operasi pasar terbukti efektif dalam menekan laju inflasi. Tahun lalu misalnya, pemerintah sukses meneken inflasi dari 6,96 persen pada awal tahun menjadi 3,97 persen pada akhir 2011.
ANGGA SUKMA WIJAYA | SATWIKA MOVEMENTI | EFRI R
Berita Terkait:
Pelemahan Rupiah Bisa Ikut Tekan Inflasi
Inflasi Masih Pada Jalurnya, BI Rate Bisa Tetap
Inflasi Juni Terancam Tinggi
Tiket Pesawat Ikut Membuat Inflasi di Juni Tinggi
Fauzi Ichsan: Inflasi Tak Terimbas Harga Cabai
Di Surakarta, Ongkos Becak Sumbang Inflasi
Inflasi Mei 0,07 Persen