TEMPO.CO, Yogyakarta - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Yogyakarta, mengingatkan kepada para pemuda akan peluang binis di industri kreatif. "Peluang bisnis masih sangat terbuka bagi kaum muda. Industri kreatif bisa menjadi lahan mencari uang," kata Liliek Syaiful Ahmad, Ketua Hipmi Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad, 24 Juni 2012.
Ia mengakui, saat ini banyak kaum muda yang mulai melirik untuk menjadi pengusaha, pedagang, atau wiraswastawan. Namun, prosentasenya masih belum bisa memenuhi idealnya suatu daerah maju. Yaitu sebanyak dua persen dari warga dan pemudanya menjadi pengusaha.
Para muda usia, kata dia, baik yang masih menjadi siswa atau mahasiswa juga butuh dukungan dari para pelaku ekonomi yang sudah mapan maupun dari pemerintah. Sehingga, jika suatu daerah sudah ideal jumlah pengusaha mudanya, maka pergerakan ekonomi semakin cepat. Yang diuntungkan tidak hanya pengusahanya, namun masyarakat luas.
Ia menyatakan, pihaknya juga mempunyai program sekolah Hipmi di beberapa universitas. Tujuannya adalah memberi pelatihan dan menjaring peluang bisnis serta menanamkan jiwa wirausaha di kalangan kaum muda.
"Edukasi kewirausahaan bagi kaum muda itu sangat penting, juga dukungan para praktisi ekonomi dan perbankan sebagai motivator dan lembaga keuangan," kata Liliek.
Selain itu, permudahan perizinan usaha dan mudahnya akses permodalan dari perbankan sangat dibutuhkan. Pemerintah harus mempermudah izin usaha dan perbankan menerapkan bunga kecil terhadap para pelaku usaha muda.
Ia menyebutkan, industri kreatif di Yogyakarta sangat bermacam-macam. Contohnya pembuatan kaus beraneka tulisan khas mahasiswa dan budaya. Barang-barang kerajinan pun masuk dalam industri kreatif. Juga olah makanan dari berbagai bahan seperti ketela dan singkong dengan produk kreatif seperti bakpia ketela, eggroll dari ketela ungu.
Di sisi pemasaran, kata dia banyak pula yang memanfaatkan jasa Internet. Teknologi ini sangat efektif untuk memasarkan produk kerajinan dan makanan.
Menurut Lutfi Yunianto, salah satu pengusaha di Yogyakarta, ia membuat industri eggroll dari bahan ketela ungu. Dengan pengalaman membuat ledre, makanan khas Purwodadi, Jawa Tengah, ia mengaplikasikan ketela ungu menjadi eggroll.
Dalam sebulan ia bisa memproduksi 8.000 kotak eggroll. Ia mempekerjakan sebanyak 20 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Pembelinya pun dari banyak kalangan. "Kami sampai kewalahan melayani konsumen," kata dia.
MUH SYAIFULLAH