TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan produksi tepung terigu meningkat belakangan ini. Peningkatan didorong oleh naiknya konsumsi mi. “Harga beras yang terus naik menyebabkan orang berpaling mengkonsumsi mi instan. Harga beras di pasar internasional hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga gandum,” kata Ratna dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 8 Mei 2012. Produksi tepung terigu (impor dan lokal) pada kuartal pertama tahun ini naik dari 1,16 juta ton menjadi 1,22 juta ton, atau naik 5,61 persen.
Variasi pangan berbasis terigu lebih banyak dibandingkan beras, seperti mi, roti, gorengan, martabak, dan makanan berbasis terigu lainnya. Peningkatan permintaan tepung terigu, lanjutnya, juga disebabkan oleh pertumbuhan produk hilir terigu dan masuk ke pasar ekspor Asia. Beberapa produsen pangan berbasis terigu telah memusatkan industrinya di Indonesia untuk pasar ekspor.
Karena produksi tepung terigu meningkat, maka impor menjadi berkurang. Setidaknya, dalam catatan Aptindo, impor tepung terigu pada kuartal pertama tahun ini telah turun 34 persen. Volume impor pada kuartal pertama tahun ini turun dari 187.115 ton menjadi 121.778 ton. “Impor terigu turun karena beberapa importir menjadi industri dan produksinya sedang berjalan mulai tahun ini,” kata dia.
Konsumsi tepung terigu nasional pada 2011 mencapai 4,75 juta ton, yang terdiri dari 4,07 juta ton (86 persen) produksi domestik dan 679 ribu ton impor (14 persen). Berdasarkan data Aptindo, hingga Maret 2012, kapasitas produksi terpasang tepung terigu Indonesia mencapai 7,61 juta ton per tahun atau setara dengan 25.375 ton per hari.
ROSALINA
Baca Juga: