TEMPO.CO, Tokyo - Meski terancam resesi, industri Jepang masih merayap tumbuh. Pemerintah Negeri Sakura itu menyatakan pesanan ekspor mesin-mesin inti naik 3,4 persen pada Januari 2012, seiring tingginya belanja modal beberapa negara konsumen.
Data dari kantor kabinet Jepang menunjukkan permintaan mesin dari sektor industri swasta sepanjang Januari lalu mencapai 757,8 miliar yen atau US$ 9,2 miliar.
Pada Desember 2011, pesanan mesin dari dalam dan luar negeri turun 7,1 persen seiring melemahnya perekonomian dunia. Selain itu, harga yen yang tinggi membuat harga mesin buatan Jepang tak kompetitif dibanding buatan Cina atau Eropa.
Para analis memperkirakan kenaikan permintaan mesin ini menjadi indikator stabilitas ekonomi dunia yang berimbas positif pada perekonomian Jepang. Selain permintaan ekspor, pabrik-pabrik di dalam negeri pun menambah pembelian mesin untuk menjalankan aktivitas produksi yang hancur lantaran gempa dan tsunami Maret 2011.
"Perekonomian tumbuh, belanja modal meningkat, dan aktivitas ekonomi Jepang mulai tenang," kata analis BNP Paribas Tokyo, Hiroshi Shiraishi, seperti dikutip dari BBC, Senin, 12 Maret 2012.
Pada kuartal pertama, Januari hingga Maret 2012, pesanan mesin-mesin ini ditargetkan naik 2,3 persen. Hal ini didasarkan pada proyek perbaikan infrastruktur secara masif yang direncanakan pemerintah Jepang serta naiknya aktivitas industri dalam dan luar negeri.
Bulan lalu Jepang membukukan kenaikan output industri 2 persen. "Ini momen akselerasi industri, belanja modal swasta bakal terus naik pada April hingga Juni mendatang," kata analis RBS Securities, Junko Nishioka.
FERY FIRMANSYAH