TEMPO Interaktif, Surakarta - Tingginya perputaran uang di Surakarta membuat peluang terjadinya transaksi yang melibatkan uang palsu juga tinggi. Apalagi sebagian besar transaksi harian yang mencapai Rp 70 miliar terjadi di pasar tradisional. Tempat di mana terkadang keaslian uang tidak menjadi perhatian utama para pedagang saat bertransaksi.
Karenanya, Bank Indonesia Solo dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya ke masyarakat memberikan gratis 500 alat deteksi uang palsu ke pasar tradisional di Surakarta. “Kami ingin mengantisipasi peredaran uang palsu di masyarakat. Utamanya di pasar tradisional,” tutur pemimpin Bank Indonesia Solo, Doni Joewono, saat penyerahan secara simbolis, Ahad, 4 Desember 2011.
Sebanyak 400 unit akan digunakan di pasar tradisional yang punya transaksi harian miliaran rupiah, seperti Pasar Gede, Pasar Legi, dan Pasar Klewer. Kemudian sisanya diberikan kepada pedagang kaki lima bidang makanan.
Doni menyebut peredaran uang palsu di Surakarta memang sangat kecil. Tahun ini tercatat hanya 3.200 lembar dengan nominal hampir Rp 300 juta. Namun yang patut diwaspadai, angka itu lebih tinggi 50 persen dibanding tahun lalu.
“Kami melakukan tindakan preventif dalam peredaran uang palsu. Apalagi cukup sulit menerapkan prinsip 3D (dilihat, diraba, diterawang) saat bertransaksi karena kurang praktis. Lebih efisien jika pakai alat yang kami berikan,” ucapnya.
Untuk mengoperasikannya, pedagang tinggal meletakkan uang di bawah sinar ultraviolet. Jika ternyata uang tersebut palsu, maka tinta khususnya tidak akan berpendar. “Jangan lupa diperiksa di kedua sisinya agar benar-benar yakin bukan uang palsu,” dia mengingatkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Subagiyo, menyambut baik pemberian di atas. Menurutnya, pedagang di pasar tradisional sering menjadi sasaran kejahatan peredaran uang palsu. “Alat itu sebagai antisipasi,” katanya.
Karena jumlahnya terbatas, sementara jumlah pedagang tradisional mencapai 16 ribu orang, maka nantinya akan diberikan bagi pedagang-pedagang yang punya transaksi besar. Tapi pedagang lainnya pun boleh memanfaatkannya.
Doni menyebut alat gratis di atas hanya sebagai stimulan. Dia berharap nantinya masyarakat bisa membeli sendiri untuk keamanan dan kenyamanan saat bertransaksi. “Harganya murah, antara Rp 35-50 ribu per unit,” pungkasnya.
UKKY PRIMARTANTYO