TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk batal mengakuisisi tambang batu bara di Kalimantan Timur. Pembatalan itu lantaran tidak adanya kesepakatan dari pemilik saham tersebut. "Awalnya direncanakan satu tambang diakusisi akhir tahun ini, namun akhirnya batal karena pemiliknya tidak satu kata," ujar Direktur Utama PT Bukit Asam, Sukrisno, di Investor Summit, Rabu, 5 Oktober 2011.
Pembatalan akuisisi di akhir tahun itu, menurutnya, membuat serapan belanja modal 2011 tidak mencapai 70 persen dari total Rp 1,4 triliun. Awalnya, Bukit Asam berencana mengakuisisi tiga tambang batu baru di wilayah Kalimantan. Total cadangan dari tiga tambang itu dapat mencapai 60-70 juta ton batu bara termal berkualitas menengah, yaitu sekitar 4.000-5.000 kilokalori.
Dengan akuisisi itu, rencananya perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2,8 triliun pada 2012. Belanja modal ini meningkat 100 persen dari yang dialokasikan Bukit Asam tahun ini. Selain akuisisi, belanja modal juga akan menggunakannya untuk proyek pembangunan tiga pembangkit tenaga uap yang sedang ditender PT PLN (Persero) diantaranya 2x300 megawatt dan 2x600 megawatt di Sumatera Selatan serta 2x300 megawatt di Riau.
Bukit Asam juga melakukan revisi terhadap target pengangkutan batubara menggunakan kereta api menjadi 12,6 juta ton dari sebelumnya 13,6 juta ton. "Revisi dilakukan karena ada lokomotif yang terlambat datang. Seharusnya datang Agustus, tetapi baru tiba September," jelasnya.
Dengan revisi tersebut, perseroan pun menargetkan penjualan hingga akhir tahun mencapai 14,5 juta ton. Pada tahun depan, menurutnya, perusahaan menargetkan angka pengangkutan batu bara menjadi 14,6 juta ton.
Tahun depan Bukit Asam juga akan mencoba masuk ke dalam proyek Adani. "Sekarang kami sudah diberikan kepercayaan untuk masuk ke proyek itu sekitar 10-25 persen dan jika lebih pun masih bisa dan itu tidak akan selesai di tahun ini," kata Sukrisno.
SUTJI DECILYA