TEMPO Interaktif, Jakarta -PT PLN (Persero) menjajaki kemungkinan impor gas dari Australia dan Papua Nugini untuk memenuhi kebutuhan sejumlah pembangkitnya. "Saya ingin berjuang mendapatkan gas," kata Direktur Utama PLN Dahlan Iskan saat dijumpai dalam acara Gerakan Sehari Sejuta Sambungan di Jakarta kemarin.
Menurut Dahlan, Papua Nugini tengah membangun kilang gas alam cair (LNG). Namun ia belum mengetahui kapan pembangunan kilang tersebut selesai. "PLN berencana berkunjung ke Papua Nugini untuk melihat jadwal rampungnya proyek tersebut," ujar Dahlan.
Tahun ini PLN mendapat jatah gas dari pemerintah hanya 800 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Padahal kebutuhan perusahaan setrum pelat merah itu hingga 1.800 MMSCFD. Bila seluruh kebutuhan dipenuhi, PLN akan menghemat biaya bahan bakar hingga Rp 60 triliun per tahun.
Biaya yang dapat ditekan dalam setiap pemakaian gas sebanyak 1 MMSCFD diperkirakan mencapai US$ 12 atau setara Rp 102 ribu. Penghematan yang didapatkan bakal lebih besar seiring dengan kenaikan harga minyak saat ini yang berada di kisaran US$ 100 per barel.
PLN memiliki 5.223 unit pembangkit dengan kapasitas terpasang 24.960 megawatt. Dari total itu, baru sekitar 22 persen yang menggunakan gas sebagai bahan bakar. PLN membutuhkan dana US$ 15 miliar untuk membangun tambahan pembangkit listrik berbahan bakar gas.
PLN memperhitungkan, sampai 2019, kebutuhan tambahan daya untuk pembangkit gas sebesar 11 ribu MW. Sementara itu, saat ini pembangkit gas yang ada hanya untuk 9.800 MW. Jadi, untuk 2019, daya untuk pembangkit gas akan mencapai 21 ribu MW.
Ihwal pasokan dalam negeri, PLN sebenarnya masih memiliki jatah 100 MMSCFD dari lapangan Jambi Merang. Namun gas itu oleh PT PGN dialihkan ke Chevron untuk menggenjot produksi nasional. Jika PLN mendapat pasokan dari Jambi Merang, gas dimanfaatkan untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Muara Tawar, Bekasi. Penghematan dari potensi ini Rp 6,71 triliun.
Menurut catatan Tempo, PLN juga berpeluang mendapat pasokan dari terminal penampung di Belawan, yang berkapasitas 200 juta MMSCFD. Alokasi untuk PLN sebesar 140 juta MMSCFD. Sisanya untuk industri di Sumatera Utara. Gas cair dari Lapangan Tangguh, Papua, menjadi salah satu sumber pasokan gas ke FSRU itu.
Direktur Energi Primer PT PLN, Nur Pamudji, menjelaskan, pada 2010, PLN mendapat pasokan tambahan dari lapangan Jambi Merang sebesar 65 MMSCFD. Aliran gasnya dalam persiapan tahap akhir. Gas itu seharusnya mulai dikucurkan sejak April lalu untuk pembangkit di Jawa melalui pipa South Sumatera West Java milik PGN.
GUSTIDHA BUDIARTIE