TEMPO Interaktif, Jakarta -Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan kedatangan delegasi Cina dengan sembilan perwakilan anak perusahaan mereka ini baru dalam tahap survei. Investasi akan direalisasikan setelah ada kejelasan fasilitas yang bakal diterima investor seperti pembebasan pajak, pengurangan bea impor dan lainnya.
"Yang jelas sejak satu tahun lalu mereka sudah investasi untuk membuka layanan servis di Semarang. Secara bertahap diharapkan akan meningkat ke pembuatan suku cadang dan berikutnya assembling," katanya. Investasi untuk pembuatan spare part diharapkan bisa direalisasikan setelah penyerapan mesin tekstil Cina di dalam negeri mencapai empat juta unit. Berikutnya setelah mencapai delapan juta unit, Cina baru akan berinvestasi untuk perakitan mesin atau assembling.
Jika Cina sudah berinvestasi untuk perakitan mesin, maka produksi mesin tekstil di dalam negeri tidak lagi disasar untuk memenuhi kebutuhan lokal, melainkan untuk diekspor ke negara berkembang lain yang juga penghasil utama tekstil seperti India dan pakistan.
Ade mengatakan pada 30 tahun pertama perkembangan industri tekstil, mesin-mesin asal Jepang dan Eropa lebih banyak digunakan. Namun akhir-akhir ini mesin-mesin asal Cina banyak mendominasi. Mesin asal Cina dipilih karen harganya bersaing namun kualitas mesin maupun produk yang dihasilkan tidak kalah. Mesin Cina juga lebih hemat energi.
Cina diundang untuk investasi di industri mesin untuk mendukung rencana pemerintah merustrukturisasi industri ini. Saat ini dari sekitar delapan juta mesin tekstil di Indonesia, dua juta berasal dari Cina. Sedangkan enam juta diantaranya sudah berusia 20 tahun ke atas.
Vice President China Hi-tech Group Corporations, Maoxin YE mengaku para pengusaha Cina siap berinvestasi untuk pembangunan pabrik sparepart mesin industri tekstil. "Kami siap untuk melakukan transfer teknologi dan secara finansial juga siap," katanya di Jakarta, Senin (22/11).