Sepanjang 2009, Indocement mencatatkan penjualan semen sebanyak 13,5 juta ton atau turun 8,2 persen dari 14,7 juta ton tahun lalu. Penurunan tersebut dipengaruhi turunnya penjualan di pasar domestik hingga 4 persen atau menjadi 11,8 juta ton dibanding 12,3 juta ton tahun lalu. Penguasaan pangsa pasar Indocement pada 2009 menurun menjadi 30,2 persen dibanding 31,7 setahun sebelumnya.
Meski demikian, perseroan tetap mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 2,747 triliun atau naik 57,3 persen dibanding 2008 sebesar Rp 1,746 triliun.
Pada kuartal pertama 2010, penjualan untuk pasar domestik tumbuh sebesar 20,8 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu, atau naik dari 2,5 juta ton menjadi 3,1 juta ton. Pangsa pasar perusahaan meningkat menjadi 30,7 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu yang sebesar 29,8 persen. Perseroan membukukan kenaikan laba bersih sebesar 56,4 persen atau naik dari Rp 502,719 miliar Rp 786,363 miliar.
Namun, penjualan ekspor justru menurun. Kondisi ini terutama disebabkan oleh persaingan yang ketat dari produsen semen lain di Eropa dan Jepang yang menggunakan bahan bakar limbah secara intensif untuk pembakaran klinker sehingga biaya produksi semen mereka lebih murah. Selain itu, ada pasokan yang berlebih di negara-negara tersebut.
Tahun ini, Indocement memperkirakan adanya belanja modal sebesar US$ 100 juta, termasuk biaya pembangunan cement mills baru di Cirebon dengan kapasitas 1,5 juta ton yang akan beroperasi secara komersial pada akhir Mei. Perseroan juga akan memulai dua proyek mills baru yang serupa dan proyek optimalisasi di pabrik Citeureup dengan perkiraan kapasitas 2 juta ton. Proyek ini diharapkan selesai pada pertengahan 2012.
Daniel Lavalle selaku Direktur Utama Indocement menyatakan perusahaan dalam jangka pendek dan menengah akan fokus pada peningkatan kapasitas penggilingan semen dari fasilitas yang ada saat ini untuk menciptakan keseimbangan dengan kelebihan kapasitas klinker.
ADISTI DINI INDRESWARI