Bank Indonesia akan bereaksi dan mengantisipasi perkembangan yang berjalan dan prediksi. Inflasi akhir November year-on-year tercatat 2,4 persen dan tren penurunan inflasi akan terus berlanjut. "Berpotensi 2,9 persen tapi kelihatannya tak akan melampaui 3,5 persen," kata Darmin di Investor Summit and Capital Market Expo 2009, Jakarta, Rabu (2/12).
Selasa lalu, Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi November minus 0,03 persen. Deflasi terjadi karena penurunan harga yang dipimpin oleh bahan makanan 0,82 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen.
Laju inflasi Januari hingga November 2009 sebesar 2,45 persen, sementara laju inflasi tahunan sepanjang November sebesar 2,41 persen. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga selama November antara lain cabe merah, ikan segar, dan telur ayam ras.
Menurut Darmin, perekonomian tahun depan akan semakin membaik. Selain potensi kenaikan harga minyak mentah, komoditas non minyak dan gas yang tak naik tahun ini akan mengalami kenaikan pada tahun depan.
Bank Indonesia berharap harga yang diatur pemerintah tak berubah agar tak mengubah prediksi inflasi. "Kami prediksi inflasi lima persen plus minus satu persen," kata dia. Dengan tingkat inflasi di kisaran 5-5,5 persen, Darmin berpendapat, suku bunga acuan BI idealnya sebesar 6 persen.
Kamis (3/12), Dewan Gubernur Bank Indonesia akan menggelar rapat untuk memutuskan besaran suku bunga acuan yang saat ini 6,5 persen. Mengenai suku bunga acuan yang bertahan di level itu, bank sentral tak hanya memperhitungkan kondisi saat ini namun juga mengantisipasi kondisi ekonomi masa depan. Bila hanya menjawab masalah saat ini, menurut Darmin, suku bunga acuan bisa berubah tiap bulan.
Meski menolak memberikan sinyal, Darmin mengatakan jika bank sentral menahan suku bunga acuannya di level 6,5 persen hal itu merupakan suatu kebijakan antisipasi pada tahun depan. "Tidak diturunkan lebih jauh karena tak ingin Januari 2010 harus dinaikkan lagi," ucapnya.
Tahun ini Bank Indonesia akan menjaga penguatan rupiah di kisaran aman Rp 9.500 tiap dolar Amerika Serikat. Menurut dia, penguatan atau pelemahan rupiah yang terlalu besar akan merugikan eksportir dan importir.
RIEKA RAHADIANA