TEMPO.CO, Jakarta - Suplai bahan baku gas propylene untuk memproduksi biji plastik atau polipropilena di PT Polytama Propindo terganggu dan jumlah produksi menurun akibat Kilang Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, terbakar pada 2021 lalu.
"Harusnya kami bisa mengurusi transfer dari Pertamina bisa 30 sampai 40 ton per jam, waktu itu (saat insiden kebakaran) mungkin cuma 20 ton per jam," kata General Manager Operasional Polytama Propindo, Bunyamin, di Kantor Polytama, Desa Limbangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa, 24 September 2024.
Kilang Pertamina RU VI Balongan menjadi pemasok gas propylene ke Polytama, perusahaan petrokimia yang 63 persen sahamnya dipegang PT Pertamina (Persero) dan Kementerian Keuangan 35 persen. Pasokan gas propylene ini disuplai menggunakan pipa sepanjang 5 kilometer ke tempat penampungan bahan produksi biji plastik.
Sehingga kapasitas produksi yang sejak 2019 berada di angka 300 ribu ton per tahun, menurun di 2021. "Kami 2021 produksi 220 ribu ton," kata Commercial and Support Director Polytama Propindo, Dwinanto Kurniawan. Dia tak menjawab detail nilai kerugian Polytama akibat pusat suplai bahan baku tersebut terbakar.
"Sudah pasti rugi," kata Dwinanto. Hal tersebut disampaikannya kala menanggapi pertanyaan nilai kerugian akibat Kilang Pertamina terbakar.
"Tinggal dikalikan," ucap Marketing and Sales General Manager Polytama Yenny Thiores. Di gudang penampungan biji plastik, Yenny mengatakan kepada Tempo saat ini mereka menjual biji plasti senilai 27 ribu per kilogram.
Kebocoran tangki T-301G menyebabkan terjadinya kebakaran di kawasan Kilang Pertamina Balongan pada Senin dinihari, 29 Maret, pukul 00.45 WIB. Kebakaran tiga tahun lalu itu juga melahap tiga tanki lainnya. Sebelum itu, kilang minyak di Balongan ini sempat terbakar pada 2019.
Menurut Dwinanto, kebakaran kilang Pertamina Balongan pada 2019 dan 2021 merupakan insiden yang mengganggu pasokan bahan produksi biji plastik. "Tahun-tahun yang disebutkan tadi benar merupakan tahun kami survive karena pasokan kami terganggu," ujar dia.
Polytama merupakan entitas anak usaha PT Tuban Petrochemical Industries—yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero). Awal berdiri pada 1993, Polytama hanya mampu memproduksi 100 ribu ton per tahun. Kapasitas produksi produksi meningkat pada 2018 sebesar 240 ribu ton, dan se pada 2018. Berikutnya pada 2019, kapasitas produksi naik menjadi 300 ribu ton.
Pilihan Editor: 4 Kilang Minyak Pertamina yang Pernah Terbakar, Apa Saja?