TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah menguat tajam sebesar 143 poin terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) menjadi Rp 15.550 di perdagangan awal pekan, Senin, 19 Agustus 2024.
“Pada perdagangan sore ini mata uang rupiah ditutup menguat tajam 143 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 145 poin di level Rp 15.550,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam analisis rutinnya pada Senin. Di penutupan sebelumnya, rupiah tercatat berada di level Rp 15.693.
Ibrahim mengatakan, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif. Namun, dia memprediksikan mata uang rupiah akan ditutup menguat di rentang Rp 15.480 hingga Rp 15.590 per dolar AS.
Di dalam negeri, Ibrahim menuturkan, respon positif pasar terhadap pelantikan tiga menteri dan seorang wakil menteri oleh Presiden Joko Widodo dalam perombakan atau reshuffle kabinet pada Senin pagi dinilai menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS. Perombakan kabinet kali ini disebut untuk mendukung transisi dari pemerintahan Jokowi ke presiden terpilih Prabowo Subianto.
Menteri-menteri yang baru dilantik adalah Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rosan Roeslani sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM dan Supratman Andi Agtas sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Lalu, Angga Raka Prabowo dilantik sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika.
Reshuffle hari ini mengganti menteri-menteri yang dekat dengan PDIP dan Megawati Soekarnoputri, seperti Yasonna Laoly dan Arifin Tasrif yang digantikan dengan orang-orang dari lingkungan Prabowo dan Jokowi. Ibrahim memperkirakan perombakan ini akan memanaskan hubungan Jokowi-Megawati yang sudah lama retak.
Sementara untuk data eksternal, menurut Ibrahim, investor bertaruh pada nada dovish yang muncul dalam notulen rapat kebijakan the Federal Reserve alias the Fed bulan Juli dan pidato Ketua Jerome Powell yang akan datang di Jackson Hole. “Notulen yang akan dirilis pada hari Rabu, dan juga pidato Powell pada hari Jumat kemungkinan akan menjadi pendorong utama volatilitas pergerakan mata uang untuk minggu ini,” tutur dia.
Volatilitas ini diperparah oleh serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan, khususnya laporan pekerjaan melemah di bulan Juli. Pelaku pasar khawatir ekonomi terbesar di dunia itu akan mengalami resesi dan bahwa the Fed lambat dalam melonggarkan suku bunga.
Ia melanjutkan, pelaku pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari the Fed pada bulan September, dengan peluang 24,5 persen untuk penurunan sebesar 50 basis poin. Kontrak berjangka menunjukkan pelonggaran lebih dari 90 basis poin pada akhir tahun.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Tel Aviv pada hari Minggu untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, tetapi Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya. Kata Ibrahim, negara-negara yang menjadi penengah, seperti Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir, sejauh ini gagal mempersempit perbedaan yang cukup untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi yang berlangsung selama berbulan-bulan, dan kekerasan terus berlanjut di Gaza pada hari Minggu.
Pilihan Editor: Rosan Roeslani Pede Bisa Penuhi Sisa Target Investasi, Bahlil: Dia Lebih Baik dari Saya