TEMPO.CO, Jakarta - Pelataran stasiun kereta cepat di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, tampak sepi pada Jumat, 26 Juli 2024, sekitar pukul 6.15. Seorang calon penumpang kereta cepat Whoosh, Andi Maulana, mengatakan suasana lengang di Stasiun Halim adalah hal biasa. Sehingga, ia tak pernah khawatir kehabisan tiket untuk tugas perjalanan dinasnya.
“Saya tidak pernah tidak kebagian tiket. Selalu dapat,” kata Andi yang setidaknya dua kali dalam sebulan ke Bandung, Jawa Barat.
Tempo menjajal kereta dengan teknologi canggih ini pada keberangkatan ketiga hari itu, yakni pukul 07.55 WIB dengan jurusan akhir Stasiun Tegalluar. Di dalam gerbong 2, kursi duduk dengan konsep 2-3 beberapa masih melompong. Kurang satu menit dari jadwal alias pukul 07.54, sepur yang disebut bisa melaju dengan kecepatan 350 kilometer per jam itu meluncur. Kereta berjalan deras melewati kota, menyigar sawah, menerobos terowongan, hingga menyalip kendaraan lain yang terlewati rel.
Tiba di Stasiun Tegalluar sekitar pukul 08.40 WIB, kondisi di sana tak jauh beda dari Stasiun Halim. Sepi.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo alias Jokowi meluncurkan Whoosh pertama kali pada 2 Oktober 2023. Nama Whoosh konon berasal dari akronim Waktu Hemat, Operasi Optimal, dan Sistem Hebat. Bekas Gubernur DKI Jakarta itu mengklaim sepur berkecepatan 350 kilometer per jam ini sebagai kereta cepat pertama di Asia Tenggara.
Corporate Secretary PT Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCIC) Eva Chairunisa mengatakan saat ini rata-rata penumpang harian Whoosh berkisar 16 ribu hingga 18 ribu penumpang pada hari kerja. Ketika akhir pekan Whoosh bisa mengangkut penumpang dari 18 ribu hingga 22 ribu.
“Puncaknya pada 5 Juli 2024, kereta cepat melayani sebanyak 24 ribu penumpang per hari,” kata Eva dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo pada Senin, 22 Juli 2024.
Hingga saat ini Whoosh telah mengangkut total 4,2 juta penumpang dengan 48 perjalanan reguler setiap hari. Pada rencana awal, Whoosh ditargetkan bisa melayani 60 kali perjalanan tiap hari. Namun, awal 2025 PT KCIC baru berencana menambah 14 perjalanan, sehingga menjadi 62 perjalanan reguler per hari.
Awalnya, gagasan proyek ini mengapung pada 2008 ketika pemerintah sempat membuat kajian bersama Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA). Namun, belakangan pemerintah Indonesia menggandeng Cina untuk menggarap proyek ini. Pada Januari 2016, groundbreaking atau peletakan batu pertama berlangsung di kawasan Walini, Bandung Barat.