TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengapresiasi keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menarik dananya dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI. PP Muhammadiyah disebut menarik dana di BSI sebesar Rp 12-15 triliun.
Ibrahim menyebut langkah Muhammadiyah menarik dana dari BSI untuk disimpan di bank syariah grade 2 alias kecil seperti Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, serta bank syariah lain di daerah akan membantu pergerakan bank seperti ini. “Di situ positif bagi PP Muhammadiyah. Membantu program pemerintah yang menilai Bank Syariah seperti itu bagus untuk investasi.
Pada September 2023 silam, Wakil Presiden Indonesia atau Wapres Ma'ruf Amin menyebut keuangan syariah mampu berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional. Hal itu dilihat dari ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian dan perlambatan. Namun, ekonomi dan keuangan syariah tetap tumbuh, khususnya ditopang oleh sektor prioritas Rantai Nilai Halal.
"Kinerja positif ini penanda ekonomi dan keuangan syariah mampu menjadi kontributor pemulihan ekonomi nasional," kata Wapres saat saat membuka kegiatan Minangkabau Halal Festival di Auditorium Universitas Negeri Padang.
Selain itu, Ibrahim menyebut sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dinilai akan berkontribusi terhadap kinerja bank grade 2 . Apalagi, kata dia, Muhammadiyah memiliki pemasukan uang besar dari Amal Usaha, seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya.
“Dana itu tidak terpusat di BSI,” kata dia. Posisi BSI sebagai bank dengan grade 4 alias tinggi, menurut Ibrahim membuat aturan di sana semakin kuat.
PP Muhammadiyah tak menyebutkan terang-terangan jumlah dana yang bakal mereka tarik dari BSI. Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas hanya menjelaskan bahwa mereka butuh menyebar simpanan Amal Usaha Muhammadiyah yang lebih banyak di BSI ke bank syariah lain, seperti Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, serta bank syariah lain di daerah. “Fakta yang ada menunjukkan bahwa penempatan dana Muhammadiyah terlalu banyak berada di BSI sehingga secara bisnis dapat menimbulkan risiko konsentrasi,” kata dia kepada Tempo.
Sementara itu, Anwar menyebut PP Muhammadiyah ingin berkontribusi meningkatkan persaingan di antara perbankan syariah. Lantaran BSI mendominasi dana kelolaan, dia menilai bank syariah lain tak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan BSI, baik dalam hal penempatan dana maupun pembiayaan.