Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Layanan Haji Dalam Negeri, Saiful Mujab. Dia menyinggung keterlambatan paling lama Garuda Indonesia sampai 3 jam 50 menit. Keterlambatan ini belum termasuk sejumlah penerbangan yang dimintakan reschedule oleh pihak Garuda Indonesia.
“Dalam sepekan ini, ada beberapa perubahan jadwal, antara lain kloter pertama Embarkasi Solo atau SOC-01 dan kloter enam Embarkasi Makassar atau UPG-06 yang terdampak kerusakan mesin pesawat Garuda Indonesia yang akan memberangkatkan UPG-05,” kata Saiful.
Sementara itu, keterlambatan terlama Saudia Airlines adalah 47 menit.
Saiful berharap Garuda Indonesia dan Saudia Airlines mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jemaah haji Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pasalnya, keterlambatan keberangkatan yang hingga hitungan jam dan bahkan terjadi perubahan jadwal, akan berampak pada persiapan beragam layanan di Madinah maupun Makkah. Baik transportasi, akomodasi, hingga katering.
“Keterlambatan penerbangan juga berpotensi menjadikan jemaah semakin kelelahan karena terlalu lama menunggu,” tutur Saiful.
Terpisah, Irfan Setiaputra menyebut 100 penerbangan maskapai Garuda Indonesia terganggu imbas insiden percikan api di pesawat yang menerbangkan calon jemaah haji dari Makassar pada 15 Mei 2024. Pesawat jenis Boeing 747-400 itu masih belum laik operasi dan masih dalam pemeriksaan dan perbaikan.
Oleh sebab itu, Garuda Indonesia menggunakan dua pesawat cadangan untuk menerbangkan calon jemaah haji dari Makassar. Kedua pesawat tersebut adalah pesawat yang digunakan untuk penerbangan biasa, yakni Boeing 777 dan Airbus, dengan masing-masing kapasitas 368 dan 242 penumpang.
"Sampai nanti tanggal 25, itu akan memengaruhi sekitar 100 penerbangan regular, baik domestik maupun internasional," kata Irfan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI di Senayan pada Senin, 20 Mei 2024.
Pilihan Editor: Cerita Mbah Harjo, Jemaah Haji Tertua Indonesia Saat Pertama Kali Tiba di Madinah