Jumlah jemaah yang diterbangkan oleh pesawat Boeing 747-400 itu sebanyak 450 penumpang, sementara Garuda Indonesia tidak memiliki pesawat dengan kapasitas 450 penumpang. Oleh sebab itu, Garuda Indonesia menerbangkan jemaah dengan Boeing 777 dan Airbus, masing-masing dengan kapasitas 368 dan 242 penumpang.
"Kami mengupayakan pemisahan kloter-kloter lebih bijak. Terakhir ini, dua penerbangan kami terbangkan mendekati bersamaan antara 30 sampai 45 menit, sehingga satu kloter bisa keluar dari asrama bersamaan dan mendarat berdekatan, sehingga bisa dibawa ke hotel secara bersamaan."
Pada Rabu, 15 Mei 2024, penerbangan pesawat Garuda Indonesia rute Makassar-Madinah terpaksa harus kembali ke bandara asal, setelah sempat lepas landas dari Bandara Sultan Hasanudin, Makassar. Prosedur return to base (RTB) atau kembali ke bandara awal diambil sebagai langkah cepat guna memitigasi risiko keselamatan dan keamanan operasional pada penerbangan.
Menurut Irfan, keputusan RTB diambil segera oleh Pilot in Command (PIC) setelah pesawat lepas landas. Pertimbangannya adalah kondisi kendala mesin pesawat yang memerlukan pemeriksaaan lebih lanjut.
"Setelah diketahui adanya percikan api pada salah satu engine. Atas kondisi itu, engine pesawat diharuskan menjalani prosedur pengecekan secara menyeluruh sebagai bagian dari upaya memastikan kesiapan armada untuk dapat kembali beroperasi," kata Irfan dalam keterangan tertulis, Rabu.
Penerbangan tersebut kembali mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar pukul 17.15 LT. Menurut jadwal semestinya penerbangan dengan armada B747-400 itu diberangkatkan dari Bandara Sultan Hasanuddin pukul 15:30 LT dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah pukul 21.10 LT.
ANNISA FEBIOLA | JONIANSYAH
Pilihan Editor: Kasus Covid-19 Meningkat, Sandiaga Uno tak Larang Wisatawan Singapura Masuk Indonesia