TEMPO.CO, Jakarta - Bank Mandiri memastikan kondisi likuiditasnya masih solid di tengah ketagangan di Timur Tengah dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman, menyebut perseroan mengelola likuiditas dengan strategi optimalisasi pengelolaan aset liabilitas yang dipantau secara prudensial. Bank Mandiri, kata Ali, tetap menerapkan seluruh aspek manajemen risiko, termasuk risiko pasar maupun likuiditas.
Ali menyebut, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus mengoptimalkan pengelolaan aset dan liabilitas guna mengantisipasi gejolak pasar yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar perusahaan BUMN dapat mengantisipasi gejolak pasar uang akibat perkembangan geopolitik saat ini.
"Dengan menjaga secara proposional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga dan harga minyak,” ucap Ali dalam keterangan resminya pada Jumat, 19 April 2024.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak. Erick menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
"Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," kata Erick dalam keterangan tertulis pada Kamis, 18 April 2024.
Ali menambahkan, penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah saat ini secara tidak langsung memang berdampak pada penghimpunan dana pihak ketiga valuta asing atau DPK Valas. Hal ini guna mendukung ekspansi bisnis dan kebutuhan likuiditas perseroan.
Per Februari 2024, Bank Mandiri telah mencatatkan penghimpunan DPK sebesar Rp 1.209 triliun. Angka ini tumbuh 5,77 persen secara tahunan dengan DPK valas tercatat sebesar US$ 17,3 miliar.
Penghimpunan DPK Valas tersebut terutama didorong oleh giro valas yang tumbuh sebesar 4,35 persen mencapai US$ 12,7 miliar. Sementara itu, posisi loan to deposit ratio atau LDR valas dapat terjaga di bawah level 90 persen. Bank Mandiri telah menyusun rencana untuk mendorong pertumbuhan DPK Valas, terutama bagi nasabah eksportir.
"Bank Mandiri menyediakan produk wholesale dan international banking, solusi trade, dan layanan cash management yang komprehensif melalui Kopra by Mandiri maupun Livin’ by Mandiri," kata Ali.
Pilihan Editor: Luhut Siapkan Insentif untuk Investasi Apple, Ingin Tiru Thailand dan India