TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal pelemahan rupiah di tengah konflik Iran dan Israel. Meski terjadi pelemahan, Airlangga mengklaim nilai tukar rupiah terhadal dolar Amerika Serikat masih lebih baik dibandingkan mata uang beberapa negara di Asia.
"Kalau bandingkan dengan berbagai negara lain relatif kita sedikit lebih baik dari Malaysia juga dari Cina," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat pada Selasa, 16 April 2024.
Sedangkan negara lain yang mengalami depresiasi lebih dibandingkan Indonesia, kata Airlangga, antara lain Korea Selatan dan Thailand. Tetapi secara umum, dia menilai perekonomian Indonesia masih kuat, dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, neraca perdagangan surplus, dan cadangan devisa masih kuat atau sekitar US$ 136 miliar.
Sebelumnya, dia menjelaskan eskalasi konflik geopolitik ini telah membuat nilail dolar Amerika Serikat meningkat. Kondisi ini menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara terutama pasar berkembang (emerging market) seperti Indonesia.
Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada Senin, 15 April 2024, kemarin seperti Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24 persen date to date (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24% dtd.
Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga bergerak di zona merah. Pada Penutupan Pasar, 15 April 2024, indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55 persen dtd, diikuti Kospi sebesar 0,42 persen dtd.
Untuk Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan Pasar Spot Rupiah domestik masih ditutup seiring dengan adanya libur Hari Raya Idulfitri. Namun demikian berdasarkan data pasar spot luar negeri (Trading Economics), nilai tukar rupiah berada di level Rp16.060 atau mengalami apresiasi 0,31 persen dtd. Airlangga pun menyatakan angka ini lebih baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang.
Namun, Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat di hari kerja pertama pasca libur Lebaran. Ia mengatakan indeks dolar Amerika Serikat saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106.
"Selama libur Lebaran di kisaran 105 dan sebelum lebaran di kisaran 104," ujarnya saat dihubungi pada Selasa, 16 April 2024.
Selama libur lebaran, kata Ariston, rilis data inflasi konsumen Amerika Serikat pada Maret lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Hal itu menurunkan ekspektasi bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan dalam waktu dekat.
Menurut dia, perang Iran-Israel juga berpotensi menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, serta memicu pelambatan ekonomi global. Sehingga, pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman. Hal ini juga memicu penguatan dollar Amerika Serikat dan harga emas sebagai aset aman.
Pilihan Editor: Petugas Motor Distribusikan BBM Kemasan, Bantu Mobil Mogok di Contraflow