TEMPO.CO, Jakarta - Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan. Harga beras eceran juga tercatat naik sebesar 20,07 persen dibandingkan tahun lalu atau secara year on year (YoY).
"Ini tertinggi kalau kita bandingkan sejak Februari 2011," ujar Amalia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 1 April 2024. Dia mengatakan pada Februari 2011, sempat terjadi inflasi beras lebih tinggi sebesar 23,34 persen.
Ia menekankan harga beras ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis beras dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Komoditas beras mengalami inflasi secara bulanan sebesar 2,06 persen dan memberikan andil inflasi 0,09 persen. Meski masih tinggi, Amalia mengatakan saat ini harga beras sudah mulai melandari.
Penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, harga beras di penggilingan naik sebesar 25,21 persen.
Sementara harga beras di tingkat grosir pada Maret 2024 naik 0,9 persen secara bulanan dan naik sebesar 20,64 secara tahunan. Harga beras eceran juga naik
Amalia menilai mundurnya masa tanam yang diikuti masa panen berdampak pada pola pembentukan harga beras. Pada periode awal 2023, BPS mencatat harga beras sempat mengalami 3 kali inflasi bulanan yang cukup tinggi.
Ia membeberkan selama periode April 2023-Maret 2024, inflasi beras sempat naik tinggi pada September 2023. Kenaikan tersebut terjadi saat adanya El Nino dan pembatasan ekspor beras di pasar global oleh beberapa negara lain.
Kemudian secara bertahap, inflasi beras mulai mereda dan kembali cukup tinggi pada Februari 2024 sebelum terjadinya panen raya. Pada Maret 2024, tekanan inflasi beras terlihat mulai melemah, seiring dengan mulainya panen raya. Hal ini, menurut dia, telah menunjukkan peningkatan produksi beras di domestik.
Pilihan Editor: Menjelang Lebaran, Penumpang Kereta Api di Semarang Mulai Meningkat