TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian tak yakin dengan program Mitra Tani yang akan digagas Perum Bulog bakal berhasil. "Bulog saja masih gagal menyerap gabah petani secara optimal," kata dia saat dihubungi pada Kamis, 21 Maret 2024.
Eliza melihat, cadangan beras pemerintah atau CBP saat ini mayoritas dipenuhi dari impor. Padahal, Bulog seharusnya menyerap gabah petani saat panen raya untuk menjadi stok penyangga. Ia juga mengomentari Harga Pokok Penjualan (HPP) bulog yang hingga kini belum direvisi. Sebab, angkanya berada di bawah biaya produksi petani.
Baca Juga:
Oleh sebab itu, ia mengimbau agar Bulog berfokus pada perbaikan tata kelola di hilir yang saat ini masih karut marut. Menurut dia, langkah Bulog membuat program Mitra Tani artinya sudah masuk ke hulu atau on farm. "Menyoal peningkatan produksi ini, padahal sudah ada jobdesk lembaga atau kementerian teknis terkait," kata dia.
Pernyataan Eliza merespons rencana Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, membuat program Mitra Tani dalam waktu dekat. “Baru akan dimulai, di musim tanam selanjutnya,” ujar di Gedung BUMN, Jakarta Pusat, pada Selasa lalu, 18 Maret 2024.
Lewat program itu, Bulog akan memberikan benih yang berkualitas dan bersertifikat. Sehingga hasilnya bisa naik sekitar 20-30 persen dari saat ini.
Program ini dibuat, kata Bayu, lantaran petani sering mengalami rugi dari hasil produksi akibat kualitas benih yang kurang. “Harusnya sampai 1,5 ton, paling tidak 1,2 ton. Tiga kali dibandingkan dengan seperti sekarang,” ucapnya.
Selain itu, Bulog akan memfasilitasi pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan begitu, kesuburan lahan juga terjaga. Menurut Bayu, kondisi tanah di Indonesia saat ini banyak yang sudah tidak sehat lagi sebab terlalu sering dipupuk.
Barulah di akhir, Bulog akan melakukan perjanjian offtake atau membeli produk tani yang dihasilkan. Meski begitu, Bulog tetap memberi kebebasan kepada petani jika ingin menjual produknya ke luar.
Bayu berharap program ini dapat meningkatkan motivasi petani untuk terus bertani. Program itu juga menjadi bagian strategi Bulog untuk meningkatkan nilai jual padi atau gabah yang dihasilkan petani. “Saya kira itu menjadi masalah besar kalau tidak ada petani yang menanam padi. Jadi petani itu susah,” kata dia.
Bayu berujar, Bulog sudah masuk ke Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat atau Makmur milik Kementerian BUMN. Di mana mereka terlibat untuk meningkatkan produtiktivas petani, tapi tidak ikut dalam pembelian lahan sawah di dalam negeri. Dari program itu Bulog akan melihat apa yang bisa ditingkatkan untuk menjadi Program Mitra Tani milik Bulog sendiri.
Makmur merupakan program yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN pada bulan Agustus 2021. Makmur bertujuan menciptakan ekosistem pertanian komprehensif yang didukung oleh beberapa BUMN, seperti ID Food, Himbara, BUMN asuransi dan lain sebagainya. Mulai dari penyediaan dana atau modal usaha yang bersinergi dengan lembaga perbankan, jaminan asuransi, ketersediaan pupuk, kawalan pengendalian hama, hingga offtaker.
Pilihan Editor: Mudik Lebaran 2024, Hutama Karya Kebut Perbaikan Tol dari Lampung hingga Kayu Agung