TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, harga beras di pasaran sudah mencapai Rp 18 ribu per kilogram. Ia menilai, harga itu sudah tinggi dan membutuhkan penanganan serius.
"Sekarang ini kan beras terakhir sudah mencapai Rp 16 ribu ya. Bahkan ada yang Rp 18 ribu. Untuk harga gabah itu kemarin saya lihat di Demak itu ada yang harganya sampai Rp 8.000 lebih per kilogram. Itu artinya berarti memang harus ada penanganan yang serius," ujar Muhadjir Effendy dalam keterangannya di Kantor Kemenko PMK pada Selasa, 27 Februari 2024.
Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Selasa, 27 Februari 2024, harga beras premium naik dari pekan sebelumnya menjadi Rp 16.420. Sementara, harga beras medium juga naik menjadi Rp 14.330. Harga beras tertinggi berada di Papua Pegunungan, yaitu beras medium Rp 20.980 dan beras premium Rp 24.490.
Namun, kata Muhadjir, meski harga harga beras di pasaran meningkat, saat ini petani sedang menikmati keuntungan karena harga gabah mencapai Rp 8.000. Ia menyebut, harga gabah pada akhir Desember hanya Rp 3.000 hingga Rp 4.000. "Karena itu, kami juga harus menjaga pendapatan petani agar baik. Tetapi juga jangan sampai ini mengancam ketersediaan pangan nasional," kata dia.
Muhadjir mengklaim, pemerintah juga telah berupaya membuka keran impor untuk mengatasi mahalnya harga beras. Namun, Muhadjir mengklaim, importasi beras yang dilakukan pemerintah juga tidak mudah karena banyak negara eksportir yang tidak membuka kran ekspor beras.
Muhadjir memastikan, kondisi harga beras yang mahal tidak akan bertahan lama. Ia mengklaim, panen raya akan segera terjadi, maksimal pada Idul Fitri. "Pemerintah akan melakukan langkah-langkah yang sudah terukur, sehingga ke depan mungkin selalu stabil. Kita mungkin tinggal 1-2 bulan inilah (harga beras mahal)," kata dia.
Pilihan Editor: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 15.630, Pengamat Sebut karena Peningkatan Utang Pemerintah