TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, mengatakan kenaikan harga beras memang selalu terjadi di awal tahun.
“Karena apa? karena belum masuk masa panen. Masa panen raya itu biasanya mulainya di Februari atau Maret, yang di masa panen gadu di September,” ujar Faisal ketika dihubungi Tempo, Minggu 25 Februari 2024.
Dia menjelaskan, harga beras turun pada masa panen, kemudian akan naik lagi setelah stok menipis.
“Kemudian begitu masuk panen raya di Februari itu turun lagi. Nah jadi itu artinya faktor musiman,” tuturnya.
Namun, kata Faisal, yang membedakan pada tahun ini adalah masa panen yang diperkirakan mundur. Tapi mundurnya tidak lebih dari satu bulan.
"Mestinya di Maret sudah panen. Jadi artinya kalaupun Februari masih tinggi harganya, diperkirakan Maret sudah mulai turun,” ujar Faisal.
Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga rata-rata nasional beras premium per hari ini, Senin, tercatat naik 0,43 persen dibandingkan kemarin, menjadi Rp 16.370 per kilogram (kg). Sementara beras medium juga naik 0,35 persen menjadi Rp 14.300 per kg.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani was-was dengan kenaikan harga beras belakangan ini. Melonjaknya harga beras bisa mengerek inflasi. Padahal inflasi di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara maju maupun inflasi global. Inflasi Indonesia per Januari 2024 tercatat 2,57 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year/yoy).
"Meskipun kita juga waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7 persen year to date," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Kamis sore, 22 Februari 2024.
Sri Mulyani menuturkan, hingga 21 Februari 2024, rata-rata harga beras telah mencapai Rp 15.175 per kilogram.
"Ini yang memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita," ujar Sri Mulyani.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, meminta masyarakat tak melakukan panic buying atau membeli beras secara berlebihan karena panik dan khawatir komoditas itu akan hilang di pasaran.
“Jadi sebenarnya beras itu ada, dan kami jamin cukup. Masyarakat tidak perlu panic buying karena memang pemerintah sudah mempersiapkan jauh-jauh hari,” kata Arief di Jakarta, Sabtu, 24 Februari 2024.
Ia menjelaskan bahwa saat ini stok beras di Indonesia sudah dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah. Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir akan ada kekurangan pasokan beras.
Pemerintah memproyeksikan pada Maret bakal terjadi panen beras sebanyak 3,5 juta ton. hal ini yang bakal menambah pasokan beras cukup signifikan dan akhirnya membantu menekan fluktuasi harga beras di pasaran.
DEFARA DHANYA | AMELIA RAHIMA | ANTARA
Pilihan Editor: IIMS 2024 Capai Transaksi Rp 3,1 Triliun, Ini Riwayat Nilai Transaksi IIMS 5 Tahun Terakhir