TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menanggapi soal dampak ekonomi pada Pemilu tahun ini. Faisal menilai potensi Pemilu satu putaran yang terlihat dari hasil hidung cepat atau quick count akan mempercepat keputusan bisnis para investor di Tanah Air.
"Dengan satu putaran, ketidakpastian yang dirasakan oleh investor menjadi lebih cepat. Jadi keputusan-keputusan bisnis yang tadinya masih banyak ditahan, sekarang jadi lebih cepat untuk diputuskan," ujar Faisal saat dihubungi Tempo pada Jumat, 16 Februari 2024.
Adapun hasil quick count menunjukkan Paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul dibandingkan dua calon lainnya dengan perolehan sekitar 57 persen.
Menurut Faisal, hal ini memudahkan investor karena Prabowo-Gibran telah menyatakan akan melanjutkan kebijakan-kebijakan di pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Walhasil, ia menilai, perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tetap berkisar pada 4,9 sampai 5 persen. Ia menuturkan angka ini menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan tahun lalu yang berada di angka 5,05 persen.
Terlepas dari kepastian bagi para investor, Faisal menekankan kelemahan-kelamahan pada 10 tahun pemerintahan Jokowi akan terus berlanjut apabila Prabowo menjadi presiden selanjutnya. Termasuk, masalah tata pemerintahan yang baik (good governance) yang menjadi perhatian banyak masyarakat, pengusaha, maupun investor.
Selain itu, arah pembangunan ekonomi yang telah dicanangkan Jokowi kemungkinan akan berlanjut dalam lima tahun ke depan. Padahal, ia menilai, distribusi pendapatan di Indonesia pada pemerintahan Jokowi belum merata.
Faisal juga memprediksi penanganan kemiskinan di Tanah Air masih akan terus bertumpu pada kebijakan populis, seperti penyaluran bantuan sosial atau bansos. Sehingga, ucap Faisal, kebijakan yang ada kurang menyasar pada pemberdayaan masyarakat miskin.
Pilihan Editor: Daftar Pengusaha Kakap di Kubu Prabowo yang Siap Lanjutkan IKN