TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M. Fanshurullah Asa mengatakan harga tiket pesawat mahal salah satunya karena harga bahan bakar pesawat alias avtur juga tinggi. Menurut Asa, harga avtur di Indonesia 22-43 lebih mahal dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara.
"Kami dapat info bahwa kontribusi dari harga tiket, 35 persen itu dari avtur," kata Ketua KPPU, M. Fanshurullah Asa, saat ditemui di kantornya, Jakarta pada Selasa, 6 Februari 2024.
Asa menyebut mahalnya harga avtur karena adanya praktik monopoli. Penyedia avtur di Indonesia hanya Pertamina. Asa menuturkan, KPPU secara konsisten menilai penyedia avtur mestinya terbuka alias multi provider.
"KPPU secara konsisten, komisionernya berubah tiap 5 tahun, tapi kami sama melihat bahwa sejak 2008, 2016, 2024, semua menyatakan, ini mesti terbuka, multi provider. Untuk apa? Untuk memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomk kita," ucap Ifan.
Menurut Asa, jika ingin harga tiket turun, pemerintah harus menekan harga bahan bakar pesawat. Dengan begitu wisata dalam negeri akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi salah satunya bisa meningkat salah satunya pariwisata.
"Ini luar biasa kalau bisa menekan harga tiket lebih murah," tutur Ifan.
Saat ini Pertamina menjual avtur dengan harga bervariasi tergantung dari lokasi bandara tempat pengisian. Berdasarkan data situs Pertamina per 1-29 Februari 2024, harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, sebesar Rp 13.300 per liter. Sementara harga di Halimperdana Kusuma, Jakarta, mencapai Rp 14.524 per liter.
AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan Editor: Tiket Kereta Cepat Whoosh Dijual Mulai dari Rp 150 Ribu, Cek Rute dan Jam Keberangkatan di Sini