TEMPO.CO, Jakarta - Menyikapi kenaikan harga bahan pangan belakangan ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo turut bersuara. Dalam konteks tugas pokok dan fungsinya, Perry menyebut bahwa inflasi pangan sulit diturunkan dengan suku bunga. Memang hal itu mungkin terjadi, namun perlu suku bunga yang tinggi dan akan berdampak untuk jangka waktu lama.
Menurut Perry, inflasi di Amerika Serikat dan Eropa terjadi karena harga sektor energi dan pangan yang naik. Ia mencontohkan ketika suku bunga di negara-negara tersebut dinaikkan terlalu tinggi.
"Kalau di sana suku bunganya dinaikkan terlalu tinggi, pertumbuhannya menurun. Amerika masih kuat, Eropa klepek-klepek, resesi. Nah kalau di Indonesia inflasi karena energi dan pangan, ya kebijakannya adalah address the supply side. Itulah koordinasi BI dengan pemerintah," tuturnya dalam diskusi Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024 di Jakarta pada Kamis, 1 Februari 2024.
Perry menjelaskan bahwa BI memiliki 46 kantor-kantor bank di desa-desa seluruh Indonesia. Setiap minggu, BI bersama Badan Pusat Statistik (BPS) akan memantau perkembangan harga. Pemantuan harga juga bersama dengan pemerintah daerah (Pemda), Tim Pengendalian Inflasi Daerah.
"Ini masalah koordinasi pusat daerah. Dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah, kami tidak hanya melihat supply demand barangnya, tapi juga bagaimana ini bisa diatasi," kata Perry.
Selanjutnya: Perry menyatakan, Menteri Dalam Negeri menginstruksikan....