TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan nilai tukar rupiah pada 2024 akan menguat. Ia memperkirakan penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh oleh meredamnya tekanan penguatan dolar AS.
"Positifnya perkembangan nilai tukar rupiah ke depan juga didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia (BI), serta penguatan strategi operasi moneter," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa, 30 Januari 2024.
Adapun pada 2023 lalu, ia menilai stabilitas nilai tukar rupiah juga terjaga. Menurutnya, kondisi ini sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh BI dan kerja sama dengan pemerintah.
Nilai tukar rupiah pada akhir Desember 2023 secara point to point menguat 1,11 persen dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Menurutnya, hal itu menunjukkan apresiasi rupiah hingga akhir 2023 lebih baik dibandingkan penguatan beberapa mata uang di ASEAN. Di antaranya nilai tukar Baht Thailand yang menguat 0,76 persen dan Peso Filipina yang menguat 0,26 persen secara tahunan.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkapkan penguatan rupiah didukung oleh kebijakan stabilisasi BI. Serta masuknya aliran modal capital inflow, baik kepada saham maupun surat berharga. Menurutnya, hal ini sejalan dengan tetap menariknya imbal hasil aset keungan domestik, serta kinerja dan prospek perekonomian Indonesia yang positif.
Sri Mulyani menegaskan, pemerintah juga akan terus bekerja sama dengan BI. Khususnya dalam pelaksanaan kebijakan devisa hasil ekspor sumber daya alam atau DHESDA. Kebijakan tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.
Pilihan Editor: Ditanya Kesiapannya Menggantikan Sri Mulyani, Ini Jawaban Chatib Basri