TEMPO.CO, Jakarta - Hilirisasi menjadi program unggulan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Pada debat cawapres lalu, Gibran mengulang-ulang solusi untuk pemanfaatan sumber daya alam utamanya pertambangan adalah hilirisasi. Sesuai dengan tema debat saat itu yakni energi, sumber daya alam (SDA), pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat.
Dilansir dari laman Antara, pada debat Cawapres kedua Gibran menyebut sebanyak 12 kali kata hilirisasi. Paling banyak di penutupan debat sebanyak 5 kali. Diketahui dari ketiga calon wakil presiden memang Gibran yang mengunggulkan dan ingin melanjutkan program hilirisasi yang sebelumnya telah dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Gibran pun mendominasi gambaran solusi dari masalah lingkungan adalah hilirisasi. Sedangkan, dua Cawapres lain, Cak Imin dan Mahfud MD cenderung tidak sependapat dengan Gibran.
Berikut poin-poin yang bisa dirangkum mengenai hilirisasi dari debat Cawapres kedua:
1. Agenda hilirisasi menurut Gibran
Selama debat Gibran menyampaikan visinya untuk mengutamakan agenda hilirisasi. Harapannya dengan hilirisasi dapat membawa peluang pekerjaan sebanyak 19 juta lapangan pekerjaan, 5 juta di antaranya adalah green job.
"Green jobs adalah peluang kerja di bidang pelestarian lingkungan. Green jobs adalah tren peluang kerja masa kini dan masa depan," kata putra sulung Presiden Jokowi itu.
Gibran juga menyampaikan bahwa target hilirisasi bukan hanya pada sektor tambang, tetapi juga pada sektor pertanian, maritim, dan digital.
"Intinya, kita tidak boleh lagi mengirim barang mentah. Untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, kami akan dorong transisi menuju energi hijau, seperti bioavtur, biodiesel dan juga bioethanol, yang sudah dilakukan meliputi B35 dan B40,” ujar Gibran.
2. Pelaksanaan hilirisasi menurut Gibran
Menurut Gibran pelaksanaan hilirisasi harus memperhatikan lingkungan, keberlanjutan, dan dampak perubahan iklim nyata, banjir, kekeringan, kenaikan air laut.
"Saya tidak akan pernah bosan-bosan membahas hilirisasi. Dengan hilirisasi, Indonesia akan keluar dari middle-income trap. Dengan hilirisasi, Indonesia akan meningkatkan nilai tambah dalam negeri, akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Tentunya dalam pelaksanaan dipikirkan aspek lingkungan, keberlanjutan, dan dampak perubahan iklim makin nyata, banjir, kekeringan, kenaikan air laut. Ini ancaman nyata dan sudah di depan mata,” kata dia saat pernyataan penutup debat.
3. Hilirisasi menurut Muhaimin Iskandar atau Cak Imin
Calon wakil presiden nomor urut satu, Cak Imin mengatakan bahwa dirinya bukan tidak setuju mengenai hilirisasi. Namun, hilirisasi tambang pada prakteknya dilakukan secara “ugal-ugalan” dan merusak lingkungan. Tidak memberi manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Cak Imin juga mengungkapkan bahwa hilirisasi menyerap terlalu banyak tenaga asing.
“Saya setuju bahwa potensi sumber daya alam kita harus terus kita promosikan. Tetapi harap dicatat. gara-gara kita mengeksplorasi nikel ugal-ugalan, lalu hilirisasi tanpa mempertimbangkan ekologi, mempertimbangkan sosialnya, buruh kita diabaikan, malah banyak tenaga kerja asing, dan juga yang terjadi korban kecelakaan,” kata Cak Imin.
4. Ganjar-Mahfud soal hilirisasi
Ganjar-Mahfud menyatakan bahwa yang terjadi pada tambang nikel di Indonesia saat ini masih smelterisasi belum hilirisasi. Melalui juru bicaranya Hotasi Nababan, mengatakan bahwa untuk menuju hilirisasi Indonesia belum memiliki teknologi yang mumpuni. Jalannya masih panjang
Hotasi juga mengungkapkan bahwa ini adalah pekerjaan rumah untuk mengembangkan inovasi, riset, dan perlunya investasi yang tidak sedikit dari investor tak hanya dalam bentuk dana, tetapi juga alat produksi yang lebih canggih.
SAVINA RIZKY HAMIDA I IMAM RIYADI I RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Cak Imin Bilang Hilirisasi Jokowi Ugal-ugalan, Luhut: Kalau Mau Ketemu, Ayo!