TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 8 poin ke level Rp 15.615 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat, 19 Januari 2024.
Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi oleh meningkatnya keraguan Bank Sentral AS alias The Fed dalam menurunkan suku bunganya pada Maret 2024 mendatang.
Hal ini, kata Ibrahim, dipicu oleh data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish.
“Presiden Federal Reserve, Atlanta Raphael Bostic, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia terbuka untuk menurunkan suku bunga AS lebih cepat dari kuartal ketiga yang ia antisipasi jika ada bukti yang meyakinkan,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat.
Menurutnya, para pedagang juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch.
“Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9 persen untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret, turun tajam dari 68,3 persen yang terlihat pada minggu lalu,” tuturnya.
Selain itu, tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Bank juga kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga sampai inflasi berada dalam target tahunan 2 persen, dengan pembacaan CPI bulan Desember yang menunjukkan sedikit kemajuan,” kata analis itu.
Untuk perdagangan Senin depan, Ibrahim mengatakan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat tipis direntang Rp 15.590 hingga Rp 15.650 per dolar AS.
Pilihan Editor: Terkini: Sri Mulyani Dikabarkan Mundur Begini Dampaknya ke Rupiah, Tenaga Honorer yang Tak Lolos Bisa Jadi PPPK Paruh Waktu